Mohon tunggu...
Ian Konjo
Ian Konjo Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Janganlah menangis karena aku tiada, karena kebenaranku ada pada jiwamu. Menangislah karena airmataku mengalir di matamu!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Kisah

27 Februari 2014   14:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:25 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Lebong IPASS

...................................

Kembali air mata hadir sebagai luka.....

Kali ini bukan tentang aku, tapi tentang orang terdekatku. Air mata yang dia tumpahkan kemarin membuat aku mengingat seseorang yang telah berlalu. Kisah dan porsi ceritanya hampir sama denganku. Dia mengikuti jejakku sebagai orang ketiga dari hubungan yang telah lama terjalin.



Keadaan yang seperti itu sungguh benar-benar berat, karena hanya sedikit orang yang mampu memahami. Serba salah hadir sebagai mimpi buruk yang mencekik. Bahkan, beban yang dipikulpun beratnya hampir tak bisa terhitung. Dengan begitu, aku memposisikan diriku sebagai dirinya yang berfikir "Apakah cinta yang kumiliki salah?"

Ya, seringkali aku berfikir bahwa persasaanku mungkin salah karena hadirnya yang salah. Ego juga beberapakali datang menyapa di benak, rasa ingin memilikinya, memiliki cintanya seutuhnya sama seperti aku. Namun hal yang begitu tidak berlangsung lama karena melihat cinta yang tumbuh di lingkungan yang serba salah itu. Ini membuatku ingin berteriak dan sesekali aku ingin tertawa dengan hambar karena pada akhirnya hanya ada luka.
Aku perempuan perasa yang sekali lagi memahaminya. Tidakkah laki-laki yang kami cintai mengerti? Mengerti tentang hal yang tak seharusnya kita komitmenkan dari awal. "Kau mencintaiku dan akupun begitu? Lalu wanita yang sebelumnya ada di hatimu kemana? Apakah ini salahku karena kehadiranku? Harusnya kau berpikir bodoh! Harusnya kau berpikir jika kau mencintai wanita yang sebelumnya, tak mungkin ada cinta lagi setelah datangnya aku". Kedengarannya mungkin agak sedikit kasar tapi itulah luapan emosi yang sebenarnya sebagai perempuan yang hadirnya selalu dicibir “salah”.

Aku melihatnya menangis di pelukanku. Lalu, pada akhirnya membuatku merasa bersalah. Bersalah karena telah melihatnya dengan lahap menikmati cinta seperti cintaku yang juga berakhir dengan perih. Ini membuatku yakin bahwa hal yang paling sulit dilakukan oleh seorang laki-laki adalah KONSISTEN. Konsisten atas cinta, resiko, dan komitmen dalam hidupnya.

Sahabatku, tak ada yang perlu kau khwatirkan karena perempuan seperti kita telah melakukan pengorbanan cinta yang sebenarnya. Apakah kau percaya pada kata orang bijak bahwa mencintai tidak harus memiliki? Akhirnya kau melakukannya dengan baik, yang sangat sedikit orang bisa melakukan itu. Membahagiakannya dengan berada di sisinya itu adalah hal yang biasa tapi memilih membahagiakannya tidak dengan berada di sisinya itulah hal yang luar biasa. Merelakan orang yang kita cintai demi mendapat kebahagiaannya mungkin telah banyak menguras air mata, tapi percayalah kita sudah meletakkan cinta itu di tempat yang semestinya dengan rapi. Setidaknya, kita telah menyadarkan laki-laki yang kita cintai agar mampu menyadari perasaan yang sesungguhnya kepada kekasihnya yang sempat goyah karena kejenuhan dari perjalanan cintanya yang panjang dan satu kebahagiaan tersendiri bagi kita adalah telah membawanya, memperhadapkannya pada kata konsisten atas cintanya yang awal.

Sahabatku, kepadamu aku ucapkan terima kasih. Aku tak sendiri mengalami jejak cinta yang seperti ini. Tak ada kisah cinta yang baru kutemui. Ini hanya sekedar pengulangan dari jejak-jejak cinta yang sebelumnya. Tapi mungkin setelah ini, kau akan diperhadapkan lagi kejutan-kejutan cinta pada kisah yang berbeda. Hidup terus berlanjut. Jika suatu saat nanti lagi-lagi kau mengalami problema cinta, maka teriakkan dengan lantang bahwa kau pernah melewatinya bahkan kisah yang lebih menyakitkan dari pada ini. Jadilah perempuan yang kuat karena pada hakikatnya CINTA itu adalah sakit.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun