Mohon tunggu...
Ian Konjo
Ian Konjo Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Janganlah menangis karena aku tiada, karena kebenaranku ada pada jiwamu. Menangislah karena airmataku mengalir di matamu!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Menyisakan Apapun Tentangku

6 Februari 2014   16:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ijinkan aku menceritakan satu kisah bersama seseorang yang begitu berarti untukku. Lewat kata-kata yang tak sempurna karena ini hanya sebuah rangkaian kalimat yang sangat sederhana. Kisah yang meskipun dengan hati tersayat dan perih untuk mengenang semuanya, tapi aku yakin jika aku adalah satu dari sekian banyak orang yang mengalaminya. Aku sadar, tuhan selalu punya rencana terbaik untuk hamba-Nya……

Mungkin sangat tidak menarik memulai menuliskan kisah ini dengan kata-kata seperti ini. Entahlah! Aku tidak terlalu memikirkannya. Aku hanya ingin menuliskannya. Jika aku mampu, aku akan menuliskannya hingga akhir.

***

Salam untuk seseorang di sana yang begitu aku cintai dan sayangi…

Aku takkan menuliskan apapun tentangnya, karena mungkin akan membutuhkan berjuta-juta kata hanya untuk mendeskripsikan betapa beruntungnya aku pernah mengenalnya, pernah mencintainya dan pernah menjadi sesuatu dalam kehidupannya. Bahkan juga butuh berjuta-juta kata untuk mengungkapkan betapa berharga dan berartinya dia. Semoga melalui barisan kata-kata yang mungkin saja tak tersusun indah ini, itupun jika tulisan ini sampai akhir, maka akupun telah menghapus ingatanku tentangmu. Segalanya.

Kisah cinta memang selalu mendebarkan. Kata sederhana inilah yang membuat semua awal dari kisah yang hingga kini masih menyisakan luka dengan jejak-jejaknya yang masih sangat jelas. Aku tahu jika kita takkan pernah merasa memiliki sesuatu sampai kita kehilangannya. Aku juga tahu bahwa sesuatu itu baru akan sangat terasa berarti jika sesuatu itu tidak ada lagi. Begitulah mungkin sedikit gambaran sederhana tentang perjalanan kisah yang kutulis.

Aku ingin berhenti menuliskan semua tentangnya seperti aku meminta menghapus apapun tentangku. Namun aku tak pernah bisa berhenti untuk terus dan terus menuliskannya. Kini, tak ada yang lebih kunikmati selain perih, sepi, dan luka. Itu sangat indah. Sangat. Aku tak ingin mengatasnamakan siapapun. Itu hanya akan lebih menusuk dalam. Biarkan saja menjadi kisah yang akan tenggelam oleh malam.

"Ini masih tentang sebuah kisah, dengan seseorang bermata bening itu. Ada lesung pipi tersembunyi jika ia tersenyum. Mengagumkan....." Aku masih ingat ketika seorang teman mengatakan kalimat itu padaku. Lalu, ia melajutkan kalimatnya: "Kenangan itu harus digembala... Karena ada hal yang benar-benar tak akan pernah bisa dihilangkan...  Apalagi tentang orang yang pernah istimewa di hati.

***

Memang benar bahwa malam akan selalu menawarkan sepi yang kadang tak pernah mampu untuk diakhiri. Lalu, kita hanya punya dua pilihan. Melewatinya atau tenggelam dalam perih yang amat melukai. Dan pilihan-pilihan itu tak pernah punya jalan lain. Kita hanya mempunyai dan harus memilih satu dari jalan-jalan yang ada.

***

Masih dengan aku yang mengenang rindu yang telah menjelma menjadi pedih. Aku tak mampu lagi mengeja bait-bait puisi ataupun kenangan indah itu. Semuanya terasa mencekik dan membuatku tak bisa bernafas. Jejak-jejaknya hingga kini tak mampu kuhapus bahkan dengan lukaku sendiri. Luka yang tak pernah kutahu bermuara dimana. Atau mungkin juga tak akan pernah menemui telaganya. Hingga mati.

Aku ingat sebuah kalimat, bahwa kehilangan dan perpisahan itu adalah suatu kepastian. Tinggal bagaimana kita membuat semuanya terasa bermakna. Semuanya kembali kepada kita yang kehilangan dan mengalami perpisahan itu. Semua fana dan tak ada yang abadi. Semua ada awal dan akhirnya. Kehilangan dan perpisahan itu hanya menjadi satu dari sekian masalah yang harus kita hadapi. Bukan kita tinggalkkan dan lari dari masalah yang ada. Pernahkah kalian mendengar sebuah kisah tentang seseorang yang rela dan setia menunggu orang yang begitu berarti baginya hingga waktu yang begitu lama? Meski pada akhirnya, dia tak juga dapat bersama orang yang dicintainya. Lalu, sia-siakah penantiannya?

Beberapa pertanyaan itu harus dijawab dengan kata “tidak!”. Melalui penantian dan sakitnya kehilangan itulah kau dapat meresapi dan merasakan arti cinta yang sesungguhnya. Penantian itu yang akan mengajarkan kita bahwa kita telah menjadi orang yang tak pernah bosan karena sesungguhnya menunggu itu adalah sebuah keindahan dari satu sisi cinta.

Menangislah jika mau, resapilah, dan ceritakanlah pada seseorang untuk berbagi saat merasakan betapa sakitnya “kehilangan”. Apalagi kehilangan seseorang yang begitu berharga dan sangat berarti. Walau pada kenyataannya, itu takkan dapat merubah kenyataan apapun bahwa kita telah benar-benar kehilangan. Tapi setidaknya, ada banyak waktu untuk menemukan arti sebuah kesungguhan menyayangi. Selagi kita bisa……

Kita hanya harus memahami bahwa sebaiknya jangan pernah jenuh dengan kehidupan karena apapun jalannya, bahagia dan derita, itu telah teratur. Berusahalah agar menjadi indah. Jadikan hidup berbeda setiap waktu dan sebaiknya lebih baik dari sebelumnya.

Suatu saat. Entah itu esok atau lusa. Jika aku tak lagi ada kabar dan tak ada lagi senyum yang menjadi khas saat menatap senja di pantai, maka itu tanda jika aku telah jauh. Jangan menyisakan apapun tentangku. Atau tentang pahatan nama di dinding kamar. Akan kuhapus juga jika aku bisa, sebab terlalu banyak bagiku untuk mengingat semuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun