Mohon tunggu...
Ian Hidayat
Ian Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

Praktisi Pendidikan, Editor Lepas dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revolusi Akhlak untuk Siapa?

21 Desember 2020   21:52 Diperbarui: 21 Desember 2020   23:08 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilmu adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Manusia diciptakan oleh Gusti Pangeran di dunia ini dalam keadaan tidak mengetahui segala sesuatu apapun itu. Karena itulah Sebagai manusia kita diwajibkan untuk menuntut ilmu agar dapat mengetahui apa yang tidak diketahui pada alam semesta ini. 

Bahkan, betapa pentingnya proses menuntut ilmu, Gusti Pangeran menjelaskan akan keutamaan-keutamaan bagi mereka yang tiada henti-hentinya dalam menuntut ilmu. Begitu pula, Rasulullah menjelaskan tentang wajibnya menuntut ilmu bahkan sampai liang lahat (wafat). Mungkin penulis sengaja tidak menyadur ayat maupun hadis, karena kedhoifan penulis yang khawatir akan salahnya penafsiran ayat maupun hadis tersebut.

Mungkin itu sedikit dari banyaknya penjelasan tentang ilmu. Selanjutnya, ternyata ada yang lebih penting dari keberadaan ilmu itu sendiri. Ia adalah akhlak. Seperti kita ketahui bahwa tujuan dari pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlak yang mulia, kita tidak bisa menafikan hal tersebut. Baik vertikal yaitu mengabdi pada Gusti Pangeran maupun horizontal yaitu sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu manusia dengan manusia lainnya. 

Menurut Eko Setiawan dalam Jurnalnya yang berjudul Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali, menerangkan bahwa : "Masalah akhlak ini mendapatkan perhatian yang utama dalam ajaran Islam, karena betapa pentingnya akhlak, salah satu tugas Nabi Muhammad Saw adalah untuk memperbaiki akhlak manusia, supaya manusia memiliki perilaku yang baik dalam menjalani kehidupan di dunia. Masih banyak masyarakat yang masih mengalami krisis akhlak, hal ini terlihat dari banyaknya berbagai kasus yang dilakukan sebagian masyarakat dimuat di media cetak maupun media elektronik.".

Selanjutnya Eko Setiawan menambahkan, "Akhlak memberi norma-norma baik dan buruk yang menentukan kualitas pribadi manusia manusia itu sendiri. Dalam akhlak Islam, norma-norma baik dan buruk telah ditentukan oleh al-Qur'an dan al-Hadits, oleh karena itu Islam tidak merekomendasikan kebebasan manusia untuk menentukan norma-norma akhlak secara otonom. 

Islam menegaskan bahwa hati nurani senantiasa mengajak manusia mengikuti yang baik dan menjauhkan yang buruk". Pada akhirnya dapat kita pahami dan khususnya bagi penulis. Bahwa akhlak adalah hal yang sangat penting karena mengandung makna akan konsep hablum minallah dan hablum minannas, itu adalah suatu konsep yang saling berhubungan satu sama lain, dan tentu saja sebagai modal kita dalam menjalankan peran sebagai manusia di muka bumi.

Melihat kejadian yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan, yaitu akan kaitannya dengan "Revolusi Akhlak". Penulis menilai hal ini masih sangat banyak akan kerancuan, dan tidak diketahui arah dan maksudnya kemana. Jika memang ditujukan kepada pemerintah, ini tidak fair. Silahkan menghakimi penulis sebagai Buzzer pemerintah, penulis hanya ingin mengajak untuk kita bisa open mind. Karena jika memang ingin melakukan perubahan dalam tatanan berbangsa dan bernegara, hal ini tidak hanya ditujukan untuk pemerintah, melainkan untuk seluruh rakyat Indonesia yang sudah pasti pemerintah pun masuk ke dalamnya, karena bagian dari rakyat pula.

Sumber Foto : https://upload.wikimedia.org
Sumber Foto : https://upload.wikimedia.org
Jika kalian sudah membaca artikel saya sebelumnya yang berjudul Zaman Edan: Omnibus Law dan Kelaliman Pejabat, dalam artikel tersebut penulis mengutip bait pertama pada Serat Kalatidha karangan Raden Ngabehi Ronggowarsito III, kurang lebih artinya seperti ini "Sekarang martabat negara, Tampak telah sunyi sepi, (sebab) rusak pelaksanaan peraturannya, Karena tanpa teladan, Segala aturan baik dilanggar Para orang pandai lesu Terbawa arus zaman edan (bagaikan) kehilangan tanda-tanda kehidupan, kesengsaraan dunia yang tergenang aneka bencana". 

Di dalam bait tersebut menjelaskan tentang martabat negara yang rusak karena kelaliman para pembuat peraturan, sehingga berdampak kepada kehidupan dan kesejahteraan suatu negara. Zaman yang digambarkan oleh Raden Ngabehi Ronggowarsito III, sama seperti keadaan hari ini zaman yang disebut sebagai jaman edan/kala bendu.

Pada bait kedua dijelaskan, bahwa "Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik, Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik, namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan. Oleh karena daya jaman Kala Bendu. Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi. Lain orang lain pikiran dan maksudnya". Sungguh aneh bukan, suatu negara yang sudah dipimpin oleh raja atau sekarang ini kita sebutlah presiden dan seluruh jajarannya beserta seluruh elemen masyarakat, semuanya adalah orang-orang baik. Tetapi dijelaskan kemudian, bahwa hal tersebut tidak menjamin akan menciptakan suatu kebaikan dan kesejahteraan.

Keadaan seperti ini kemudian dijawab pada bait selanjutnya yaitu bait keempat dan kelima, secara ringkas dijelaskan bahwa persoalan tersebut disebaban oleh kabar angin yang tidak menentu, yang pada sekarang ini sering kita sebut dengan kabar/berita hoax, banyak orang yang menerimanya mentah-mentah tanpa mencari tahu, apakah berita tersebut benar adanya. Bahkan dijelaskan orang yang berbudi tidak terpakai. Selanjutnya pada bait ketujuh diartikan "Hidup didalam jaman edan, memang repot. Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan. Namun sudah menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada"

Sumber Foto : https://ik.imagekit.io
Sumber Foto : https://ik.imagekit.io
Demikianlah, beberapa hal yang coba penulis pahami. Bahwa terkait hal yang hari ini tiada habisnya diperbincangkan. Bahwa pembenahan akhlak atau "Revolusi Akhlak", bukan hanya untuk pemerintah yang bertugas mengelola negera ini untuk menjadi lebih baik dan sejahtera. Tetapi "Revolusi Akhlak" ini untuk seluruh elemen yang menempati Bumi Ibu Pertiwi, baik itu pemerintah seluruh elemen masyarakat, investor dalam maupun luar negeri. Kesemuanya harus patuh dan tunduk kepada apa yang sudah diamantkan oleh para leluhur bangsa ini. Bahwa pada akhirnya kita semua akan merasakan dan menikmati apa yang dikatakan oleh Sang Lokajaya atau orang-orang sering menyebutnya Kanjeng Sunan Kalijogo "Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun