Mohon tunggu...
Ahong
Ahong Mohon Tunggu... -

?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Matematika Barat: Senjata Rahasia Imperialisme Budaya

16 Februari 2013   05:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:15 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya ada tiga pelaku utama yang memperantarai proses penyerbuan budaya negara-negara terjajah oleh matematika barat: perdagangan, administrasi dan pendidikan. Perihal bidang perdagangan dan perniagaan umum, ini jelas-jelas merupakan wilayah tempat ukuran, satuan, angka, mata uang dan beberapa gagasan geometri digunakan. Lebih khususnya, gagasan-gagasan barat perihal panjang, luas,

isi, tinggi, waktu dan yang yang akan dijejalkan pada masyarakat-masyarakat pribumi....

Cara kedua yang melaluinya matematika barat telah menimpa budaya-budaya lain adalah melalui mekanisme administrasi dan pemerintahan. Khususnya, angka dan perhitungan yang penting untuk mencatat sejumlah besar orang dan komoditas mengharuskan prosedur bilangan barat digunakan di sebagian besar kasus...

Perantara ketiga dan yang utama bagi pendudukan budaya adalah pendidikan, yang memainkan peran penting dalam menyebarkan gagasan-gagasan matematika barat dan, maka, budaya barat....yang paling buruk, kurikulum matematikanya abstrak, tidak relevan, dipilah-pilah dan elitis-seperti halnya di Eropa- dikendalikan oleh struktur seperti Cambridge Overseas Certificate (Sertifikasi Luar Negeri

Cambridge), tingkat muatan budayanya sangat tinggi. Hal tersebut merupakan bagian dari sebuah strategi akulturasi yang disengaja-usahanya tingkat internasional untuk mengajarkan “yang terbaik dari Barat”, dan memastikan keunggulannya atas sistem matematika dan budaya pribumi manapun. Karena

matematika barat esensial dalam pendidikan persiapan-universitas, cita-cita para murid tertuju untuk menghadiri universitas barat. Mereka dididik jauh dari budaya mereka dan jauh dari masyarakat mereka.. .

Jadi, jelas bahwa melalui tiga media tersebut; perdagangan, administrasi dan pendidikan, penyimbolan dan struktur matematika barat dijejalkan pada budaya-budaya pribumi-pribumi persis sama pentingnya dengan pentingnya penyimbolan lingustik dan struktur bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Belanda atau apapun yang merupakan bahasa Eropa dari kekuasaan kolonial tertentu yang dominan di suatu

negara.

Namun, seperti halnya bahasa, penyimbolan tertentu yang digunakan, dalam satu permasalahan, merupakan aspek yang kurang penting dari matematika. Yang lebih penting lagi, khususnya dalam kosa kata budaya, merupakan nilai-nilai yang dibawa bersama penyimbolan itu. Tentu saja, diterima begitu saja sebagai kearifan yang disepakati bersama bahwa matematika itu bebas nilai. Bagaimana mungkin matematika barat dapat memiliki nilai jika matematika barat bersifat universal dan bebas budaya? Kita kini lebih tahu, dan sebuah analisa sejarah, kesusastraan antropologi dan lintas-budaya menawarkan empat tandan nilai yang dilekatkan dengan matematika Eropa barat, dan yang pastinya telah berpengaruh dahsyat pada budaya-budaya orang-orang pribumi.

Pertama, ada ruang rasionalisme, yang ada di jantung sebenarnya matematika barat. Jika harus dipilih sebuah nilai dan sifat tunggal yang menjamin kekuasaan dan kewenangan matematika dalam budaya barat, itulah rasionalisme. Seperti Kline katakan: “Dalam aspeknya yang paling luas matematika adalah semangat, semangat kerasionalan. Inilah semangat yang menantang, merangsang, menguatkan, dan menggerakan pikirkan manusia untuk mengasah dirinya secara maksimal”(Kline 1972)...

Kedua, sehimpunan nilai-nilai pujian yang dilekatkan pada matematika barat dapat diberi istilah objektisme, sebuah cara mencerap dunia seolah-olah dunia disusun oleh obyek terpisah dan terbatas, dapat dipindah dan diabstrakan, begitulah katanya, dari konteks mereka. Untuk melepas konteks (to decontextualise), agar dapat melakukan generalisasi, ada pada pusat matematika barat dan ilmu pengetahuan; namun jika budaya Anda mendorong Anda percaya, sebaliknya dari matematika barat, bahwa semuanya memiliki dan hadir dalam hubunganya dengan semua hal lainya, maka memindahnya dari konteksnya membuatnya secara harafiah tidak bermakna. Di peradaban Yunani kuno, ada sebuah kontroversi mendalam perihal “objek” atau “proses” sebagai inti dasar keberadaan. Heraklitus, pada

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun