Mohon tunggu...
Ianawati shaleha
Ianawati shaleha Mohon Tunggu... Freelancer - Pebisnis herbal dan penulis

Pebisnis herbal HNI HPAI, Penulis buku Antologi cahaya hijrah,

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kesuksesan? Versi siapa?

20 Januari 2020   08:33 Diperbarui: 20 Januari 2020   08:45 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah terpikirkan oleh kita tentang makna sebuah kesuksesan?

Saya kira makna kesuksesan  akan bersifat relatif dan subyektif tergantung bagaimana masing-masing orang memaknainya.
Relatif maksudnya bersifat tidak tetap dan ada kemungkinan berubah  dari waktu ke waktu, sedangkan subyektif artinya masing masing orang memiliki penilaian yang berbeda.

Relatif misalnya, untuk sekarang seorang siswa atau mahasiswa mendapatkan nilai A adalah sebuah kesuksesan, namun entah berapa tahun ke depan ketika sesorang telah lulus dan sudah mendapatkan penghasilan yang lumayan besar, nilai A atau sempurna tersebut menjadi tidak bermakna  ketika profesi yang digelutinya berbeda dengan bidang pendidikan yang pernah ditempuhnya.

Subyektif misalnya, seorang anak akan  berbeda dengan orang tuanya dalam memaknai kesuksesan. Seorang dokter, herbalis,  guru, dosen,  insinyur, pengacara, politikus, pengusaha,  dll.

Masing masing akan memaknai kesuksesan secara berbeda. Seorang dokter dan herbalis mungkin merasa sukses bila pasiennya sembuh setelah mengkonsumsi produk yang telah diresepkan atau karena mengikuti treatment yang dianjurkannya. Seorang dosen dan guru mungkin merasa sukses melihat keberhasilan para siswa dan mahasiswanya.

Seorang insinyur bisa jadi merasa sukses bila proyeknya telah rampung sesuai dengan yang diharapkannya, demikian pula profesi yang lainnya akan memiliki takaran kesuksesan yang berbeda. Ukuran kesuksesan yang berdasarkan  pada kepuasan hasil kerja tersebut di atas lebih bersifat immateriil karena diukur berdasarkan kepuasan jiwa dalam melayani publik, lalu bagaimana kepuasan pribadi masing masing pemeran profesi tersebut? tak ada yang tahu, masing masing tentunya akan merasakan secara berbeda bukan? Kembali lagi bahwa ukuran kesuksesan masih bersifat subyektif.

Rasa syukur terhadap setiap anugerah atau apapun yang menimpa/menghampiri seseorang bukankah disebut sebuah kesuksesan juga?

Ketika musibah datang tiba tiba, adanya bencana alam yang tidak terduga semacam  banjir, gempa, tsunami, gunung meletus dsb, apakah sanggup mengelola hati dengan tetap merasa bersyukur, lebih beruntung dan bisa memetik hikmah  setiap ujian yang sedang menimpanya dengan tetap senantiasa berpikir positif?

Kesuksesan melewati fase ujian tersebut bersifat spiritual. Ada dimensi ketuhanan maupun penghayatan atas harapan, makna  dan ketenangan hidup lainnya yang terlibat sehingga membuka cakrawala pengetahuan yang mendasari sebuah sikap.

Kesuksesan  merupakan hal yang bersifat subyektif,  jatuh tak berarti gagal, gagal bukan berarti tidak sukses namun sukses adalah berusaha terus mengupayakan target impian dengan berpijak pada keyakinan pada diri sendiri.

Masing-masing orang akan memiliki pandangan yang berbeda sehingga kesuksesan tidak bisa diukur semata mata dengan hal yang bersifat materiil, seperti harta benda, kekayaan, pangkat/jabatan, popularitas, dsb

Namun kesuksesan sangat luas maknanya sehingga masing masing orang berhak untuk mewujudkannya sesuai dengan yang dipahami dan diimpikannya.

Namun disisi lain, manusia membutuhkan ukuran tertentu utk mendefinisikan arti kesuksesan tersebut sebagai motivator dalam mencapai goal goal target yang diimpikan.

Pada umumnya  sukses  dimaknai kemampuan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginan, melakukan apa yang  paling disukai serta dikelilingi oleh orang-orang tercinta.

Ada pula yang mendefinisikan bahwa sukses adalah ketika sanggup mewujudkan mimpi dan cita cita menjadi kenyataan

Menurut Iskandar ST, pemilik perusahaan PT Star Indonesia, sukses adalah mindset atau mentalitas. Jika seseorang telah mensetting pikiran sadar dan bawah sadar bahwa kesuksesan adalah saya dan saya adalah sukses maka tujuannya bukan lagi tentang  pencapaian materi maupun prestasi yang kasat mata. Sukses adalah tentang being and becoming. Kesuksesan merupakan sebuah proses dari rangkaian aktifitas kehidupan itu sendiri.
Nah sudahkah kita merasa sukses?

Kembali lagi, ini sangat bersifat relatif dan subyektif bukan?

Yup! cukup mensyukuri segala nikmat kehidupan yang telah Tuhan anugerahkan serta berusaha melakukan yang terbaik dalam pencapaian goal goal target yg telah diimpikan.
Selanjutnya, berusaha menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan dengan sebaiknya niscaya hati akan merasa tenang dan  tenteram.
Bukankah ketenangan itu sendiri adalah kunci kebahagiaan?
Bukankah kebahagiaan itu sendiri yang sedang kita cari selama ini?

Malang, 19 januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun