Mohon tunggu...
Kris  Buulolo
Kris Buulolo Mohon Tunggu... Guru - An educator, freelance writer, bookworm, and language enthusiast

Dedication, determination and discipline

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terima Kasih, KPAI

8 September 2019   14:52 Diperbarui: 8 September 2019   14:53 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah tajuk berita yang baru saja dirilis oleh sebuah media online cukup mengejutkan. Dalam berita tersebut, dikabarkan bahwa akhirnya PB Djarum akan menghentikan audisi umum pencarian bakat bulutangkis. Tahun 2019 ini merupakan tahun terakhir PB Djarum Kudus mengadakan acara tersebut.

Hal ini merupakan reaksi dari adanya tuntutan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mengatakan bahwa selama ini PB Djarum telah melakukan eksploitasi anak. Meskipun PB Djarum telah membantah hal tersebut, tampaknya PB Djarum akhirnya memilih untuk mengalah. PB Djarum mengatakan bahwa pihaknya ingin mereduksi polemik yang ada.

Sepertinya kita memang kali ini harus kembali berterimakasih kepada KPAI. Terimakasih kepada KPAI atas usahanya yang telah membunuh impian ratusan anak-anak Indonesia yang ingin menjadi atlet bulutangkis. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini beasiswa yang diberikan oleh pihak PB Djarum telah mencetak begitu banyak atlet-atlet berprestasi dalam cabang olah raga bulutangkis yang membawa harus nama bangsa ini.

KPAI atas usahanya kemudian sukses membunuh mimpi-mimpi itu. Namun, KPAI tampaknya juga harus diingatkan bahwa jika memang karena masalah eksploitasi anak, maka sudah saatnya juga KPAI harus diingatkan bahwa masih ada banyak masalah eksploitasi anak-anak yang dilakukan oleh banyak pihak pula, termasuk acara-acara di stasiun televisi nasional yang menggunakan anak-anak sebagai pemerannya.

Belum lagi masalah-masalah banyaknya anak-anak yang masih meminta-minta di lampu merah dan berjualan karena dipaksa oleh orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bukankah itu juga termasuk dalam eksploitasi anak?

Terimakasih KPAI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun