Mohon tunggu...
Sapriansyah
Sapriansyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pluralisme Abad ke-17

28 Mei 2016   09:55 Diperbarui: 28 Mei 2016   10:12 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum WR.WB

Saya akan menjelaskan sedikit mengenai pluralisme dan hubungan pluralisme dengan patron-klien, seperti yang kita ketahui pluralisme merupakan berbagai ragam budaya yang di jadikan sebagai pandangan pada abad ke-17, pluralisme tersebut bisa di bilang sangat berhubungan dengan patron-klien karena patron-klien sangat menjunjung tinggi kebudayaan.

Perantau spontan bugis lebih sukses disbanding program transmigrasi yang sangat mahal dalam mengolah wilayah-wilayah perekonomian baru di irian jaya, java, Maluku, Sulawesi, tengah, Kalimantan, sumatera, dan bahkan Malaysia. Ekodus mereka telah menyebabkan taah bugis menjadi wilayh berpopulasi terendah di luar jawa ( di bawah 1% per tahun untuk seluruh kabupaten bugis pada sensus tahun 1971 dan 1980 ). Masyarakat toraja telah mengadaptasi tradisi keahlian mereka dengan begitu baik hingga era penggunaan mesin, walhasil mereka sekarang sesungguhnya menguasai bisnis bengel mesin di bagian timur Indonesia.

Berikut penjelasan mengenai perantau bugis yang lebih sukses di banding transmigrasi pad tahun ( 1971 dan 1980 ).

Sejarah Indonesia terkait dengan pertumbuhan kerajaan-kerajaan hingga mencapai masa keemasan singkat sebelum digantikan oleh pusat-pusat kemajuan lainnya. Di wilayah yang terkena imbas perdagangan internasional yang tidak menentu, dan keganasan perang maritime, perubahan tak dapat terelakkan. Meski mengalami konteks semacam laju pertumbuahan Makassar tetap luar biasa. Hingga tiga decade awal abad ke-16, belum ada pusat perdagangan di Sulawesi yang pernah memainkan peran dalam percaturan internasional.

Berikut penjelasan saya mengenai hubungan pluralisme dan patron-klien, kemudian saya menjelaskan sedikit mengenai sejarah Indonesia yang terkait dengan pertumbuhan kerajaan-kerajaan hingga mencapai masa singkatnya, jika ada salah kata dan penjelasan yang tidak sesuai mohon di maklumi.

Terima Kasih ;-)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun