Sebenarnya Quick Count sendiri adalah alat deteksi kecurangan lewat estimasi statistik (Burhanuddin Muhtadi, menit 9:20 ff).Â
Dengan hasil Quick Count yang baik, ada angka perbandingan lain yang dapat dipakai untuk pertimbangan ketika hasil hitung real count KPU diselesaikan. Dengan demikian, kemungkinan untuk melakukan kecurangan, apapun caranya, semakin diperkecil.Â
Satu ironi, bahwa justru alat deteksi kecurangan ini yang dituduh curang atau bohong oleh kelompok yang kalah. Mungkinkah ini hanya ekspresi ketidakberdayaan di hadapan satu keniscayaan ilmiah? Masih adakah sisa kenegarawan dari para caleg harapan bangsa ini?
Waktu tunggu hasil perhitungan KPU ini rupanya menjadi ajang pertunjukan menarik untuk melihat karakter sebenarnya dari para paslon dan pendukungnya. Ada pihak yang lebih rasional dan paham prinsip ilmiah sekaligus kelemahannya.Â
Sebaliknya, ada yang tanpa pertimbangan menyuarakan tuduhan-tuduhan. Justru di tengah ketidakpastian (walaupun banyak prinsip ilmiah yang bisa dibuka dan dibicarakan)
Akan terlihat bagaimana sikap seorang pemimpin yang sanggup generous dan menjadi pemersatu bangsa, dan mana yang mungkin memang belum saatnya menjadi pemimpin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H