Mohon tunggu...
Fuad Mutashim
Fuad Mutashim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan menunggu waktu luang, tapi luangkanlah waktu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Perjalanan Spiritual Mencari Hakikat Kehidupan

7 April 2020   12:30 Diperbarui: 7 April 2020   15:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khotbah Di Atas Bukit adalah sebuah novel yang menggambarkan kehidupan manusia ditengah hiruk pikuk kota yang materialistis. Ketika hidup yang tak kunjung menemukan ketenangan maka pengasingan diri dalam adalah jalan keluarnya. Menurut penulis, dalam novel ini terdapat dua gagasan ajaran yaitu filsafat dan tasawuf. Dalam novel ini, Kuntowijoyo mencoba menggambarkan dua sisi antara aspek material dan spiritual, fisik (jasmaniyah) dan batin (ruhaniyah), latar kota dan desa, hiruk pikuk dan sepi dalam latar waktu kehidupan manusia.

Novel yang menceritakan perburuan spiritual ini adalah sebuah Mahakarya dalam pencarian jati diri dan kebahagiaan. Didalamnya menceritakan tentang perjalanan dan pengalaman masing-masing tokoh-tokohnya. Terutama Barman yang hingga akhir hidupnya terus mencari, memburu makna dan hakikat kehidupan. Ia tidak akan pernah bahagia sebab akan terus mencari. "Kebahagiaan yang mutlak tak memerlukan apa-apa di luar diri kita."

Seorang Popi yang dulunya adalah seorang pelacur, kini ia telah menemukan hakikat hidupnya ketika ia bertemu dengan Barman. Ia tak lagi terbelenggu oleh kehidupan masa lalunya. Ia terus melanjutkan kehidupannya. Setiap detik dari hidup adalah untuk dinikmati. Waktu yang mengalir adalah kebahagiaan terbesar bagi yang dapat merasakannya. Tokoh Humam digambarkan sebagai seorang yang telah mencapai kehidupan religius tertentu. Layaknya seorang sufi. Setiap tindakannya merupakan hal yang misterius bagi Barman selaku "murid spiritualnya". Ia adalah kebaikan.

Bahasa dalam novel ini dibuat indah oleh Kuntowijoyo. Dalam beberapa kalimat banyak menggunakan bahasa yang indah dan puitis. Menurut penulis, ini merupakan salah satu novel berbalut sastra. Kuntowijoyo mencoba untuk mengolah ide transendennya menjadi sebuah karya sastra yang mudah untuk dilahap.

Novel ini bisa menjadi bacaan yang dianjurkan bagi seseorang yang suka mencari makna dan hakikat dari kehidupan ini. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dalam novel ini. Namun, dalam penulisannya, tata letak yang padat dapat membuat jenuh mata pembaca. Selebihnya, novel ini adalah mahakarya sastra yang recommended untuk dibaca agar kita bisa mendapatkan pelajaran yang berharga dalam novel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun