Saya: Bang, itu oknum aparat ngambil uang apa? emang sekarang setoran ngasinya udah ke oknum aparat ya bang?
Parkir: Biasa lah dek. setoran pribadi. (sembari tertawa renyah).
Saya: Lah. Memangnya ada tertulis bang atau peraturan yang mengatakan bahwa harus menyetor dengan mereka? setau saya enggak ada, bang. Abang kasih berapa lah setiap datang mereka?
Parkir: ya, kita mah tau-tau sendiri aja lah, dek. Enggak dikasih nanti payah lagi.
Setiap datang, abang kasih Rp 2.000 lah biar pergi.
Saya: Jadi mereka datang sampai sini hanya untuk ngambil dua ribu itu bang? aih
Parkir: dua ribu cuman memang dek. Tapi mereka kan keliling. Sudah berapa itu.
Saya pun hanya manggut-manggut. Menggelikan sekali, pikirku.
Hal semacam itu sudah menjadi pemandangan yang lumrah dan biasa. Orang-orang sekitar juga tidak memberi respon yang menyatakan bahwa tindakan itu tidak pantas. Entah mereka mendadak buta dan tuli, atau tak perduli.
Mungkin ini adalah hal yang sepele bagi banyak orang. Tapi menurut saya, dari hal sekecil ini kita sudah bisa melihat bagaimana bobroknya mental bangsa. Figur/tokoh yang di setiap perkataannya berkata ingin mengayomi justru menjadi yang menggerogoti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI