Hotel Mumbai, film ini didasarkan pada kisah nyata serangan teroris di Mumbai, India pada tanggal 26-29 November 2008. Serangan ini sangat terorganisir, menyasar beberapa lokasi seperti stasiun kereta, 2 hotel, caf, pusat komunitas Yahudi, dan bioskop. Para pelaku berasal dari Pakistan dan merupakan anggota Lashkar-e-Taiba.Â
Dari 10 pelaku, hanya satu orang selamat, yakni salah seorang pelaku penembakan massal di stasiun kereta. Korban meninggal mencapai 165 orang dan korban luka-luka 300 orang. Di film ini, kisah penyerangan ini difokuskan pada apa yang terjadi di Taj Palace Hotel.Â
Meski diangkat dari kisah nyata, tentu beberapa tokoh dan dialognya merupakan rekaan dan upaya dramatisasi dari pembuat film agar menarik ditonton. Selain para teroris, hanya tokoh head chef saja, yakni Hemant Oberoi yang benar-benar ada. Chef Oberoi adalah koki yang sangat terkenal di India.
Menurut sang sutradara, Anthony Maras, tokoh Arjun merupakan fiksi yang terinspirasi dari kisah heroiK para pelayan dan petugas keamanan hotel yang berjuang menyelamatkan para tamu. Begitu juga tokoh Zahra, David dan Vasili yang mencerminkan para tamu VIP dan kosmopolitan yang menjadi pelanggan tetap hotel. Dia tidak mengambil tokoh nyata dari para korban untuk menghormati privasi korban.
Hotel Mumbai berhasil membuat penonton betah bertahan di tempat duduk selama 2 jam. Ketegangan terbangun dan konsisten dari awal hingga akhir film. Dialog juga tidak klise dan dramatisasi juga tidak berlebihan. Film ini begitu selesai, membuat saya speechless dan berpikir tentang para teroris dan para korban. Kenapa mereka bisa dicuci otak jadi teroris? Is it real?
And yes, it's real and it still happens. Baru saja terjadi di Minggu Paskah, 21 April 2019, para teroris meledakkan 3 gereja dan 4 hotel, menewaskan 290 orang di Sri Lanka. Serangan ini sangat teroganisir dan terencana baik seperti serangan Mumbai. Beberapa orang sudah ditangkap dan pemerintah Sri Lanka menuduh kelompok teroris National Thowheeth Jama'ath sebagai pelakunya.
Dan yang sangat disayangkan adalah buruknya intelijen Sri Lanka maupun India. Di Hotel Mumbai, diketahui bahwa pasukan khusus anti-teror baru datang 10 jam kemudian, sementara banyak korban terus berguguran. Begitu juga Sri Lanka yang 1.5 minggu sebelumnya ternyata sudah mendapat informasi kemungkinan adanya aksi terorisme di gereja-gereja. Tapi informasi tersebut diabaikan. Bahkan salah satu pelaku pernah ditangkap beberapa bulan sebelumnya karena merusak situs Buddha.
Seperti halnya akhir film Hotel Mumbai, semoga masyarakat Sri Lanka bangkit dari tragedi ini, membangun kembali gereja, hotel dan prasarana yang dihancurkan oleh teroris. Dan yang terpenting menyembuhkan luka hati dengan cinta. Karena konflik dan rasa saling curiga antarwarga hanya membuat teroris berhasil menang mencapai misinya.
Nilai: 4 / 5
Link: http://ikaisone.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H