Sepatutnya kita tak berbangga diri dan menyombongkan dengan apa yang kita peroleh. Bukankah ini semuaa hanya titipan. Kembali lagi ke kita masing-masing bagaimana menyikapi. Setelah selesai berdoa kami turun kebawah dengan jalan yang berbeda, "jan uenak tenan yo kang rasane nde gunung, isuk-isuk". Ucap Gus Faisal.Â
Aku tersenyum sambil menganggukkan kepala. Tak henti-hentinya aku memandang kiri-kanan area kebun teh yang menyejukkan mata sampai tak terasa kami sudah di penghujung jalan depan pos. setelah kami semuaa dibawah kami istirahat Kembali untuk persiapan pulang ke rumah masing-masing.Â
Disela-sela istirahat, Candra memiliki inisiatif untuk melakukan game sambung kata. Aku dan yang lain pun menyanggupinya, mendadak aku dan yang lainnya menjadi seorang yang puitis, anak cewe yang melihat tak henti-hentinya untuk tertawa. Setelah dirasa cukup kami pun melanjutkan perjalanan untuk pulang kerumah masing-masing. Dari awal perjalanan inilah aku merasa ingin meluapkan semuaa yang terjadi dengan sebuah cerita hingga saat ini aku jadi senang untuk menulis walaupun terkadang juga ada rasa bosan yang sering menghinggapi. Cukup diakhiri sampai disini dan sampai jumpa dilain hari kawann.
"menjadi pengamat walaupun tak dianggap ternyata tak sesakit yang kubayangkan, namun rasa kecewa yang teramat dalam membuat segalanya menjadi tak karuan" semoga engaku tetap bahagia walau kisah yang dulu hanya sebatas ingatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H