Hidup dengan banyak gengsi akan menimbulkan banyak sanksi.
Pernahkah kamu kebingungan saat dihadapkan pada pilihan antara membeli rumah dengan sistem berjangka (KPR) alih-alih menyewa?
Agen properti seringkali meyakinkanmu dengan kalimat seperti "Sewa hanya membuang uang, menyicil tapi tidak jadi hak milik, lebih baik KPR yang sama-sama menyicil namun rumah akan jadi aset seumur hidup".
Sebelum terburu-buru mengambil keputusan, mari tarik nafas dulu, hembuskan pelan-pelan, lalu jawab pertanyaan ini: Apa tujuan akhir kamu memiliki rumah? Apakah semata untuk hunian? Gengsi atau penegasan identitas? Atau untuk aset hari tua?
Ambil pulpen, buka notebook, atau gunakan gawaimu. Luangkan waktu untuk merenungkan. Tulis jawabanmu!Â
Meskipun sekarang belum ada budget, tulis aja dulu, siapa tau jawabanmu itu bakal jadi doa. Amin!
Sambil kamu merenungkan dan menulis jawabannya, mari kita bahas sebuah metode yang dapat membantumu menemukan jawaban yang tepat: Begin With the End in Mind dari Stephen R. Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People.
Apa yang dimaksud dengan End in Mind? Sederhananya, ini adalah tentang memikirkan tujuan akhir dari setiap keputusan yang kamu ambil. Dalam hal ini, apa yang ingin kamu capai dengan memiliki rumah?
Dengan memahami Begin With the End in Mind, kamu akan terhindar dari bujuk rayu agen properti yang hanya ingin menjual produknya. Kamu akan lebih mantap dalam mengambil keputusan dan tidak mudah goyah oleh halang rintang di tengah jalan.
Saya ilustrasikan dengan seorang sopir bus. Dia selalu memiliki tujuan akhir yang jelas di setiap perjalanannya, misalnya Terminal Bungur di Surabaya. Dia mempersiapkan segala sesuatunya, seperti bensin, kondisi fisik, dan perkiraan kondisi jalan.
Jika terjadi halangan di perjalanan, dia sudah memiliki rencana cadangan, seperti menelepon kolega di Ngawi jika kendaraannya mogok, atau menghubungi teknisi di Madiun jika tiba-tiba bannya pecah.