Perubahan budaya masyarakat untuk melawan politik uang memerlukan perlawanan kultural. Perubahan ini tidak harus langsung berhasil 100 persen, tetapi dapat dimulai dari kelompok kecil, dari tingkat desa, atau dari level komunitas.
Oleh karena itu, kita tidak boleh antipati terhadap politik praktis, politikus, dan negara secara umum. Yang perlu kita waspadai adalah praktik politik yang merugikan, perilaku korupsi politikus, dan sistem pemerintahan yang tidak bermoral.
Nur Kholik Ridwan melanjutkan bahwa untuk membentuk politik yang bersih, masyarakat harus memiliki karakter yang kuat. Karakter ini harus dibangun berdasarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
“Untuk membentuk politik yang bersih, diperlukan dukungan dari masyarakat yang memiliki karakter kokoh, bukan berarti bersikap anti terhadap agama, melainkan setia terhadap nilai-nilainya,” kata Nur Kholik Ridwan.
“Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pembentukan karakter, dan Gusdur telah menjadi teladan dalam berpikir dan bertindak yang dapat dijadikan contoh.”
Talkshow Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa? adalah salah satu susunan acara dalam rangkaian Haul Gus Dur ke-14 yang bertema Belajar dari Gus Dur: Menuju Indonesia yang Adil, Damai, dan Bermartabat.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-14, Firda Ainun, menyampaikan bahwa acara ini merupakan panggung demokrasi untuk mengenang dan melanjutkan cita-cita Gus Dur dalam memajukan demokrasi di Indonesia.
“Panggung demokrasi ini bukan hanya judul, namun ini mewakili keresahan bahwa demokrasi kita sedang tidak baik-baik saja dan mengalami degradasi,” kata Firda. “Sebagai rakyat, kita tidak boleh saling pecah dan berbenturan dengan berbagai kepentingan.”
Abdul Ghafur, perwakilan dari Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Polpum Kemendagri), mengapresiasi panitia penyelenggara yang memilih konsep lesehan untuk acara ini. Ia menilai konsep ini sangat tepat untuk menciptakan suasana yang akrab dan guyub.