Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Perlawanan Kultural Melawan Politik Uang: Upaya Mewujudkan Demokrasi yang Bersih

21 Januari 2024   15:35 Diperbarui: 21 Januari 2024   15:35 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Pembicara dalam Talkshow "Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa?" Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta

Perubahan budaya masyarakat untuk melawan politik uang memerlukan perlawanan kultural. Perubahan ini tidak harus langsung berhasil 100 persen, tetapi dapat dimulai dari kelompok kecil, dari tingkat desa, atau dari level komunitas.

Oleh karena itu, kita tidak boleh antipati terhadap politik praktis, politikus, dan negara secara umum. Yang perlu kita waspadai adalah praktik politik yang merugikan, perilaku korupsi politikus, dan sistem pemerintahan yang tidak bermoral.

Nur Kholik Ridwan melanjutkan bahwa untuk membentuk politik yang bersih, masyarakat harus memiliki karakter yang kuat. Karakter ini harus dibangun berdasarkan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.

“Untuk membentuk politik yang bersih, diperlukan dukungan dari masyarakat yang memiliki karakter kokoh, bukan berarti bersikap anti terhadap agama, melainkan setia terhadap nilai-nilainya,” kata Nur Kholik Ridwan. 

“Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan pembentukan karakter, dan Gusdur telah menjadi teladan dalam berpikir dan bertindak yang dapat dijadikan contoh.”

Para Pembicara dalam Talkshow
Para Pembicara dalam Talkshow "Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa?" Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta

Talkshow Rasan-rasan Demokrasi: Desa Bisa Apa? adalah salah satu susunan acara dalam rangkaian Haul Gus Dur ke-14 yang bertema Belajar dari Gus Dur: Menuju Indonesia yang Adil, Damai, dan Bermartabat

Dalam sambutannya, Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-14, Firda Ainun, menyampaikan bahwa acara ini merupakan panggung demokrasi untuk mengenang dan melanjutkan cita-cita Gus Dur dalam memajukan demokrasi di Indonesia.

“Panggung demokrasi ini bukan hanya judul, namun ini mewakili keresahan bahwa demokrasi kita sedang tidak baik-baik saja dan mengalami degradasi,” kata Firda. “Sebagai rakyat, kita tidak boleh saling pecah dan berbenturan dengan berbagai kepentingan.”

Abdul Ghafur dari Polpum Kemendagri menyampaikan sambutannya. Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta
Abdul Ghafur dari Polpum Kemendagri menyampaikan sambutannya. Foto: Dokumentasi GUSDURian Yogyakarta

Abdul Ghafur, perwakilan dari Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Polpum Kemendagri), mengapresiasi panitia penyelenggara yang memilih konsep lesehan untuk acara ini. Ia menilai konsep ini sangat tepat untuk menciptakan suasana yang akrab dan guyub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun