Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Author

Redaktur di Gusdurian.net dan CMO di Tamasya Buku. Penulis feature dan jurnalisme narasi di berbagai media.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Takut Disebut "Sok Inggris", Belajar Bahasa Manfaatnya Banyak

4 Januari 2024   21:27 Diperbarui: 4 Januari 2024   21:35 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikmati sensasi durian di Solo untuk menyambut Hairi, kami merayakan pesta buah eksotis ini hingga kenyang. Foto: Ziba

Tata bahasa yang benar wajib digunakan saat menulis, terutama dalam artikel ilmiah. Namun, dalam percakapan sehari-hari, yang lebih penting adalah orang lain memahami apa yang kamu bicarakan atau ucapkan, terlepas dari keteraturan grammar.

Saya sepenuhnya setuju dengan pendapat Hairi. Meskipun tata bahasa memiliki peran penting, aksen dan dialek juga dapat memberikan kontribusi. 

Akan tetapi, pada intinya, hal tersebut bukanlah elemen paling krusial dalam proses pembelajaran bahasa, apa pun bahasanya.

Sebagai orang Indonesia, saya jarang menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar saat berbicara.

Saya cenderung berbicara dengan campuran bahasa, termasuk bahasa Indonesia Aceh, bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan kadang-kadang saya belajar menggunakan kosakata bahasa Prancis. 

Namun, perhatian saya terhadap tata bahasa umumnya muncul saat saya menulis.

Jadi, bagi kamu yang masih bersemangat untuk belajar bahasa, jangan terganggu dengan orang-orang yang menghakimimu, ketika kamu dirundung dengan jargon "sok Inggris" atau "ngga nasionalis"; ini dikenal dengan istilah English shaming, mirip seperti istilah body shaming yang sama-sama bentuk perundungan.

Bahasa akan membuka banyak kesempatan. Dan tentu saja, tidak harus bahasa Inggris, pelajari saja bahasa apa pun yang menurut kamu dapat menambah pengetahuan, relasi, dan budaya baru dalam pengembangan dirimu. 

Saya percaya, dan saya memegang prinsip ini sampai sekarang, bahwa orang lebih suka diajak ngobrol daripada diobrolin.

Tetapi, bagaimana caranya kita bisa mengajak orang lain ngobrol kalau kita tidak tahu bahasanya?

Momen bersama Hairi dari Singapura, rekan pertukaran bahasa. Kini, lancar menguasai bahasa Indonesia. Foto: Ziba
Momen bersama Hairi dari Singapura, rekan pertukaran bahasa. Kini, lancar menguasai bahasa Indonesia. Foto: Ziba
Ini bukan pertama kalinya saya menjamu tamu dari luar negeri. Biasanya, kami akan menjelajahi beberapa tempat tersembunyi (hidden gems) yang jarang dikunjungi oleh turis mancanegara biasa yang umumnya menggunakan pemandu wisata resmi di sekitar Yogyakarta dan Surakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun