Grup aplikasi pesan instan WhatsApp Kelas Penggerak GUSDURian (KPG) mendadak riuh ketika salah satu member mengirimkan video singkat tentang Calon Presiden (capres) nomor urut 2 dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto, berkelakar dan "mendadak jadi GUSDURian."
Hal itu disampaikan oleh Prabowo dalam pidatonya saat menghadiri acara pengukuhan Professor HC. Dr. H. Ali Masykur Musa  sebagai guru besar kehormatan di Universitas Islam Malang (Unisma).
"Saya memang dari dulu sudah sangat dekat dengan PMII, dengan Ansor dari muda. Saya termasuk, bisa dikatakan GUSDURian juga saya ini," kata Prabowo dalam video berdurasi 17 detik tersebut, diiringi gelak tawa para hadirin.
Saya tidak tahu kapan Prabowo mengikuti Kelas Penggerak GUSDURian (KPG). Meski KPG ini bukan syarat mutlak untuk bergabung di komunitas ini, tapi saya juga tidak pernah melihat Prabowo hadir dalam cangkrukan, Kelas Pemikiran Gus Dur, atau kajian kebangsaan lain yang pernah diselenggarakan oleh Jaringan GUSDURian.
Prabowo juga mendeskripsikan dirinya sebagai 'jenderal tukang pijat Gus Dur'. Ini tidak mengherankan jika kita melihat bahwa nama besar Gus Dur dan daya tarik GUSDURian terletak pada jumlah massa, leverage yang dimilikinya.
Hampir setiap menjelang pemilu, nama GUSDURian selalu dicatut untuk menarik simpati. Tidak hanya oleh calon anggota legislatif, oleh politisi, bahkan media juga tidak sedikit yang 'latah' dengan mencatut GUSDURian hanya agar produk jurnalistiknya dapat terbaca oleh Search Engine Optimization (SEO).
Misalnya, saat Yenny Wahid bersama Barisan Kader (Barikade) Gus Dur mendeklarasikan dukungan untuk pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar-Mahfud, hampir semua media menulis GUSDURian.
Bagi yang belum tau, terdapat dua organisasi yang erat hubungannya dengan nama Presiden ke-4, Abdurahman Wahid (Gus Dur). Organisasi pertama adalah Jaringan GUSDURian, sementara yang kedua adalah Barikade Gus Dur. Meskipun memiliki kesamaan bidang dan beririsan, dua organisasi ini memiliki perbedaan yang jelas. Meski keduanya mengadopsi sembilan nilai utama yang terpatri dalam diri Gus Dur, orientasi dan gerakan keduanya berbeda. Perbedaan ini telah disepakati oleh keluarga di Ciganjur sendiri.
Kita semua sepakat bahwa Gus Dur adalah cerminan dari 'demokracy on the spot,' akan tetapi, GUSDURian tidak mengambil posisi dalam politik praktis setiap lima tahun sekali. Meski begitu, para GUSDURian dan santri Gus Dur yang berkeinginan untuk terjun ke dunia politik praktis diberikan ruang tersendiri, yaitu melalui Barisan Kader (Barikade) Gus Dur.
Barikade Gus Dur dipimpin oleh Yenny Wahid, sementara GUSDURian di tingkat nasional dikomandoi oleh Alissa Wahid, putri sulung Gus Dur.
"GUSDURian tetap teguh pada jalur tidak berpolitik praktis, karena bagi GUSDURian, bangsa ini jauh lebih penting daripada siapa yang memenangi pertarungan kekuasaan," tegas Alissa Wahid dalam orasi budayanya pada Festival Beda Setara Indonesia Rumah Bersama, Jumat 17 November 2023, di Kampoeng Mataraman, Jalan Ringroad Selatan No. 93, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul.
Ketika individu, politisi, terlibat dalam upaya merebut kekuasaan, dan melupakan kepentingan rakyat, GUSDURian akan bersikap tegas. GUSDURian berdiri bersama rakyat, mendukung cita-cita kemerdekaan, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.Â
Alissa juga mengingatkan kepada para GUSDURian untuk tidak terjebak dalam dinamika politik lima tahunan."Jangan mengorbankan cita-cita bangsa."
Jadi, cita-cita Prabowo untuk menjadi GUSDURian telah gugur, bukan hanya karena tidak terlibat dalam Kelas Penggerak GUSDURian (KPG), tidak hadir dalam cangkrukan, tidak terdaftar di Kelas Pemikiran Gus Dur, tetapi juga sudah terlibat dalam politik praktis lima tahunan.Â
Jika Prabowo masih ingin menjadi GUSDURian, silakan mundur dari calon presiden. Kalau masih ingin jadi tukang pijat, boleh [mhg].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H