Mohon tunggu...
Mahéng
Mahéng Mohon Tunggu... Penulis - Travel Writer

Lahir di Aceh, Terinspirasi untuk Menjelajahi Indonesia dan Berbagi Cerita Melalui Karya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan 15 Tahun Kompasiana: Ruang Positif untuk Berbagi dan Berkolaborasi

22 Oktober 2023   01:33 Diperbarui: 22 Oktober 2023   02:16 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duapuluh satu Mei 2023 adalah hari yang membuka pintu petualangan tulisan saya di Kompasiana, ketika sebuah pamflet mengenai lomba menulis bertema 'Sistem Pembayaran ASEAN dengan QRIS sebagai Inovasinya' menghampiri timeline media sosial saya. 

Sebuah perkenalan yang menggugah naluri dan semangat merangkai kata.

Belum genap setengah tahun menulis di Kompasiana, saya telah berkesempatan berjumpa dengan berbagai penulis hebat, banyak di antara mereka yang sudah memegang centang biru.

Meskipun pertemuan itu hanya dalam dunia maya, cara mereka menulis telah menjadi inspirasi bagi saya untuk menerapkan strategi yang serupa. 

Sebagai contoh, Isti Yogiswandani mampu begitu apik dalam menceritakan kesehariannya melalui artikel-artikel feature yang ia tulis.

Saya meletakkan Kompasiana di bookmark desktop saya bersama beberapa situs penulisan lain. Hal ini membantu saya menjadikan Kompasiana sebagai sebuah alarm agar tidak berhenti menulis.

Ada satu pertanyaan dari seorang teman, 'Kenapa kamu masih tetap menulis, (bahkan jika seringkali tidak ada bayaran yang datang)?'

Belakangan, saya menemukan jawaban yang menarik. 

Ceritanya, makalah saya berhasil masuk ke dalam 20 besar dari 145 peserta yang mengirimkan makalah. Saya pun diundang ke Bandung dengan berbagai fasilitas yang cukup mahal bagi seorang anak petani seperti saya.

Meskipun paper tersebut tidak meraih juara satu, manfaat yang saya dapatkan tidak hanya satu, selain manfaat fasilitas, juga bertemu penulis hebat lain. Dan bagi saya, ini adalah bayaran yang tidak ternilai.

Ini bukan kali pertama saya mendapat fasilitas seperti itu berkat menulis.

Menulis bukan hanya untuk mendapatkan penghargaan finansial, tetapi juga untuk menyampaikan gagasan, inspirasi, dan cerita kepada orang lain. 

Saya percaya bahwa setiap kata yang saya tulis memiliki potensi untuk memberikan dampak positif pada Kompasianer, bahkan jika itu hanya satu orang saja.

Lebih dari itu, menulis adalah salah satu metode self-therapy, orang kota sering menyebutnya sebagai healing, meskipun awalnya kata ini kerap digunakan dalam rangka penyembuhan gangguan kejiwaan. 

Namun, dalam dunia yang dipenuhi disrupsi, jiwa kita, termasuk saya, sering terganggu. Karena itu, menulis adalah salah satu cara untuk mengatasinya.

Selain itu, menulis juga merupakan metode yang efektif untuk mengikat ingatan. Ini juga saya sampaikan ketika berbagi dalam kegiatan Sharing to Caring bersama para guru di Pulau Runduma, Tomia, Wakatobi pada awal Oktober lalu.

Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang penting. Dengan menulis, kita dapat belajar menggunakan bahasa secara efektif dan efisien. Kita juga dapat memahami tata bahasa, ejaan, dan tanda baca dengan lebih baik. 

Menulis juga dapat membantu kita untuk berpikir secara kritis dan kreatif. 

Ketika kita menulis, kita harus merenungkan ide-ide kita dengan cermat dan menyusunnya secara logis. Ini juga membuka peluang untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, mengembangkan pemikiran kreatif, dan memperluas wawasan kita. 

Saya tentu tidak perlu menjelaskan benefit menulis lebih lanjut untuk para Kompasianer, itu sama seperti menggarami lautan.

Terlebih lagi, saya belum memiliki banyak pengalaman di Kompasiana, artikel yang saya unggah di sini belum mencapai seratus judul. Saya merasa masih banyak yang harus saya jelajahi. 

Saya harus banyak belajar dari Kompasianer macam Y. Edward Horas S., yang telah memiliki pengalaman yang luas dan telah mendirikan banyak komunitas penulis.

Hingga hari ini, saya telah menghabiskan banyak waktu di sebuah meja kecil di gazebo di depan indekos saya untuk menulis, salah satunya di Kompasiana. Di meja kayu yang belum dicat ini, saya juga sering membaca berbagai macam tulisan dari para Kompasianer.

Mulai dari tulisan yang sarat data dan analisis hingga tulisan yang penuh dengan typo, saya baca. 

Jujur saja, saya sendiri tidak terlalu nyaman jika seseorang mengomentari atau menekan tombol 'menarik', 'inspiratif', atau tombol lain, padahal tulisan saya belum sepenuhnya dibaca.  

Ini juga menjadi catatan dalam 15 tahun Kompasiana, di mana sebagai blog keroyokan (sharing blog) yang juga menjadi wadah untuk jurnalisme warga, kita dihadapkan dengan ancaman berita tidak terverifikasi, opini yang kurang didasari data, dan berbagai isu sejenis.

Saya berharap Kompasiana akan terus menjadi platform yang inklusif dan inspiratif bagi para penulis pemula seperti saya. Karena 'Saya bukan penulis terbaik, tetapi yang terbaik buat saya adalah menulis,' dan Kompasiana adalah salah satu tempatnya.

Terima kasih kepada 41,777 pasang mata yang telah membaca tulisan saya di Kompasiana. Jika kamu adalah salah satunya dan sudah mahir dalam menulis, jangan ragu untuk tetap keep in touch dengan saya dalam perjalanan menulis ini. Saya akan dengan senang hati belajar dari kamu [mhg].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun