Jadi saya perlu mengingat-ingat, kapan Kompasiana buat event lomba menulis lagi?
Ceritanya, beberapa bulan lalu, saya mengirim paper untuk program West Java Economic Society (WJES) Call for Recomendative Paper 2023 yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Jawa Barat bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat.
Dari sekitar 145 makalah yang diajukan, sebanyak 20 di antaranya terpilih sebagai finalis untuk dipresentasikan di Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat.
Saya merasa bersyukur dan mengucapkan alhamdulillah karena saya termasuk salah satu dari 20 finalis tersebut.
Ketika saya mengetahui bahwa para juri adalah para profesor ekonomi, saya merasa panik dan seketika rasa blank melanda. Apalagi melihat researcher lain, yang terdiri dari para peneliti kompeten, dosen, atau asisten dosen, bahkan ada yang sudah pernah memenangkan kompetisi sebelumnya.
Beberapa dari mereka bahkan memiliki akses ke data yang sulit ditemukan.
Ketika tiba saatnya untuk presentasi, saya merasa bingung dengan apa yang saya sampaikan. Kepanikan ini bahkan dikonfirmasi oleh salah satu profesor yang menjadi juri, yang dengan jujur mengatakan, "Saya bingung dengan apa yang saudara paparkan, saya enggak nangkep."
Beruntung, moderator menyemangati saya dengan kata-kata yang penuh semangat, "Semoga ini menjadi pengalaman berharga untuk Anda, dan semoga ke depan Anda bisa belajar menjadi peneliti yang lebih baik."
Kata-kata semangat seperti itu dapat memberikan dorongan dan inspirasi untuk terus berkembang dalam karier penelitian saya.
Namun, saya juga turut merenung bahwa soal menang kalah dalam penjurian sebuah tulisan adalah soal selera para juri. Menurut saya, sebagus-bagusnya tulisan, pasti ada yang menilainya jelek, dan sejelek-jeleknya tulisan, pasti ada yang bilang bagus.