Saya sepakat bahwa proses pendidikan tidak terbatas di ruang kelas seperti kampus atau sekolah. Bahkan, warung kopi pun dapat menjadi universitas pengetahuan dan tidak terikat pada kurikulum yang kaku.
Klausa tersebut sejalan dan dapat dibuktikan dalam diskusi buku berjudul Kabar Buruk Hari Ini, kumpulan liputan jurnalistik karya Mawa Kresna, yang diselenggarakan oleh Klub Buku Main2 di Kineta Coffee & Public Sphere pada hari Senin, 10 Juli 2023 lalu. Â Â
Mawa Kresna, seorang jurnalis, tidak hanya melaporkan peristiwa menjadi sebuah berita. Tetapi juga menangkap sisi emosional dari narasumber yang dipilih.
Ia membawa imajinasi pembaca ke dalam adegan seolah-olah pembaca sedang menonton secara langsung  berbagai duka dan kesengsaraan. Pembaca tidak akan merasa terbebani oleh tumpukan informasi. Sebaliknya, mereka akan mengalir seiring dengan setiap kekhawatiran dan keluhan dari narasumber. Â
Dimas Prabu Yudianto, sebagai pemantik diskusi kali ini setuju dengan Kresna. Prabu menyatakan bahwa jurnalisme bukan hanya tentang melaporkan berita, tetapi juga memberikan dampak bagi masyarakat.
Dia memberikan contoh dalam pembukaan buku Kresna yang langsung mengangkat isu sensitif di Yogyakarta, seperti Susahnya Orang Tionghoa Punya Tanah di Jogja atau isu diskriminasi terhadap orang Papua di Yogyakarta. Â
Saya pun tidak bisa membantah apa yang disampaikan oleh Prabu dan tulisan Kresna, bahwa tugas utama seorang jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, meskipun kebenaran tersebut pahit.
Dalam buku The Elements of Journalism karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, edisi terbaru, mereka merangkum sepuluh prinsip jurnalisme. Salah satunya menyatakan bahwa kewajiban pertama seorang jurnalis adalah berpihak pada kebenaran. Â
Elemen jurnalisme ini dapat diinterpretasikan sebagai tindakan melaporkan peristiwa atau kejadian sesuai dengan fakta di lapangan.Â
Kesetiaan (loyalitas) jurnalisme adalah kepada warga (citizens). Dalam bukunya, Kresna menjadi seorang jurnalis yang berpihak pada masyarakat, berdiri dengan mereka yang tertindas oleh sistem dan hirarki, serta mereka yang menderita atas nama pembangunan.