Tapi mengapa sekarang, budaya membaca seakan jadi barang mewah?
Membaca adalah salah satu upaya untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Saya khawatir karena kurang membaca bahkan kita tidak tau arti dari bacaan salat yang kita lafalkan tiap hari. Â
Ada cerita menarik tapi menyakitkan. Ceritanya, di sebuah forum ada kenalan saya dari salah satu negara Arab, ia mencoba memperkenalkan dirinya dengan mengucapkan beberapa patah kata dalam bahasa Arab, mungkin karena bahasa Inggrisnya kurang fasih. Kemudian salah satu orang dalam forum itu dengan spontan mengucapkan "amin".Â
Saya gelisah apa yang dikatakan oleh Elizabeth Pisani dalam artikelnya Indonesian kids don't know how stupid they are terbukti benar adanya.Â
MASJID NURUL ISLAM KADIROJOÂ masih berdiri kokoh di Jl. Candi Sambisari Kalasan, kabupaten Sleman. Saya berangkat salat Jumat di masjid ini. Jaraknya hanya sepelemparan batu dari tempat tinggal saya.
Karena keasikan memainkan gayung, menyiram tubuh dengan air yang jernih dan segar, saya jadi lupa jikalau khatib akan mengakhiri khutbahnya. Buru-buru saya berkemas dan melaju menuju masjid.
Tujuan saya tentu bukan untuk menjadi ganteng, saya yakin, semulia-mulianya air wudhu ia tetap tak akan bisa mengubah wajah saya jadi rupawan.
Buktinya, banyak teman saya yang tak pernah salat tapi punya tampang yang aduhai, meskipun banyak dempulnya. Sebaliknya, saya punya banyak kenalan yang rajin salat tapi punya tampang banyak utang. Kusut.
Baca juga Bazar Buku IFI Yogyakarta: Membawa Pulang Harta Karun Literatur Secara Gratis
Masjid tempat saya salat Jumat ini, sebagian safnya diisi oleh anak kecil yang rumahnya berada di sekitar masjid. Harap maklum, hampir setiap Jumat di  sini ada suguhan berbagai jenis makanan dan minuman. Makanan dan minuman itu cukup ampuh untuk menarik minat anak-anak agar mau berangkat salat jumat.Â
Mungkin termasuk saya yang ngekost dan masih mengandalkan honor dari menulis serta berjualan buku yang omsetnya tidak cukup untuk biaya kost sebulan.