Mohon tunggu...
Muhammad Ilhamsyah
Muhammad Ilhamsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi main futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Literasi Digital Menjadi Senjata Utama untuk Melawan Hoaks era Informasi

11 November 2024   13:57 Diperbarui: 11 November 2024   14:34 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata “literasi”, yang dulunya hanya mengarah ke arah kemampuan membaca dan menulis, sekarang sudah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi media dan munculnya era digital. Menurut W. James Potter, beberapa pakar sudah memperluas definisi literasi, sehingga tidak hanya mencakup literasi membaca, tetapi juga meliputi literasi visual (seperti yang terdapat dalam televisi dan film) serta literasi komputer. Ketiga istilah ini tidak saling menggantikan, melainkan masing-masing merupakan konsep yang berdiri sendiri. Di sisi lain, menggabungkan ketiga kemampuan ini dapat menghasilkan pemahaman yang lebih luas dan lebih umum.

Konsep literasi digital menurut UNESCO yakni sebagai upaya untuk memahami perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Pun literasi digital itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu literasi teknologi yang lebih menekankan pada pemahaman teknologi digital dalam penggunaan kemampuan teknis serta literasi informasi yang menekankan pada aspek pengetahuan. nah, Secara luas, literasi digital banyak dianggap sebagai kebijaksanaan netizen dalam menggunakan internet dan media. Literasi digital merupakan gerakan melek teknologi yang dibuat untuk memberikan panduan untuk penggunaan media digital individu, tidak terkecuali generasi milenial yang memang jago dalam menggunakan teknologi

Kemampuan literasi digital penting untuk dimiliki setiap manusia.  Akan tetapi, nyatanya di Indonesia kemampuan literasi masih sangat rendah apalagi pada generasi milenial sekarang mereka jarang melek akan isu fakta yang mereka baca di media sosial. Marilah kita menilik kondisi kemampuan literasi masyarakat Indonesia yang sangat memprihatinkan ini, tidak heran apabila masyarakat Indonesia susah untuk berpikir kritis, sehingga mudah terpapar berbagai hoaks. Hal ini didasarkan pada survey yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) yang bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika serta SiBerkreasi pada tahun 2020 yang menemukan bahwa 30% sampai 60% masyarakat Indonesia terpapar hoaks.

Relasi literasi digital dalam memberantas berita palsu ini terletak pada peran kemampuan kognitif khalayak dalam proses verifikasi informasi. Bahkan, pada tingkatan yang lebih tinggi, literasi digital dapat membantu individu memberikan informasi alternatif atas informasi yang sudah terkonfirmasi kepalsuannya. Bila kontrol konten media sosial rasanya sulit dilakukan oleh pemilik media, pemerintah, maupun kelompok lainnya, literasi digital adalah salah satu solusinya. Dengan menggalakkan literasi digital, pengendalian diri terhadap penggunaan media sosial dapat dilakukan secara optimal. Peningkatan literasi digital sebagai bentuk self control menjadi solusi untuk mencegah kasus peredaran informasi palsu (hoax) menjadi berulang dan semakin banyak. Literasi digital dapat menjadi cara yang efektif untuk menanggulangi informasi palsu (hoax) di era post-truth, dengan mengenalkan tanda- tanda berita palsu, prosedur verifikasi informasi, hingga menindaklanjuti informasi yang kiranya masuk kategori hoax. 

Telah banyak riset yang dilakukan mengenai hubungan antara generasi milenial dan teknologi. Di antara riset tersebut adalah studi yang dilakukan oleh Deal dkk. (2010) yang dikutip oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik (2018) yang menyebutkan bahwa penggunaan teknologilah yang membedakan generasi satu dengan generasi lainnya. Misalnya, antara Generasi Milenial, Generasi X dan Generasi Baby Boomers. Generasi milenial lebih banyak menggunakan teknologi karena usia keterpaparan mereka dengan teknologi baru lebih mudah dibandingkan dengan generasi lain. Hal ini menyebabkan generasi milenial lebih unggul dalam hal pemanfaatan teknologi baru. 

Kemampuan merupakan komponen terpenting dari literasi digital. Kemampuan bisa dipahami dan dikuasai oleh individu. Kemampuan juga merupakan keterampilan progresif dan seseorang perlu menguasai kemampuan yang lebih mendasar untuk menguasai kemampuan lebih lanjut. Sebagaimana dikemukakan oleh Arrochmah dan Nasionalita (2020), rendahnya tingkat kesenjangan digital menunjukkan baiknya literasi digital seseorang atau sekelompok orang. 

Referensi :

https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/komunika/article/view/3795

https://oldjournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/al-balagh/article/view/1555

https://journal.lspr.edu/index.php/communicare/article/view/36

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun