Di dunia maya beredar banyak HOAX. Para pembuat HOAX pada umumnya percaya, bahwa orang yang akan mempercayai hal yang ia sampaikan adalah orang bodoh yang memang menginginkan percaya, atau orang yang mencari pembenaran dan bukan kebenaran. Orang jenis ini adalah orang yang cenderung percaya buta tentang apa yang ia percayai benar dan menolak mencari kebenaran yang sejati. Ia sudah puas dengan kata orang yang sesuai dengan kepercayaannya.
Penipuan dalam berita, sebenarnya dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian:
- Statistik - Penipuan Pemilihan Sampel
- Literatur - Penipuan Hasil Sementara dan Kesimpulan
- Skala - Membesarkan masalah kecil atau meredupkan masalah besar
Penipuan melalui statistik dapat dilakukan dengan memilih sampel yang bias, baik dari jumlah populasi sampel, jenis sampel yang bias, penyebaran sampel yang kurang memadai dan beberapa faktor lainnya.
Penipuan melalui studi literatur adalah melalui pengutipan tidak sempurna, yang berlawanan dengan kesimpulan dari pengarang. Contoh: "Penggunaan bahan A untuk reaksi B merupakan sesuatu yang ideal, tetapi dalam kondisi C, bahan A bukanlah zat yang tepat karena...". Bila anda potong sebelum "tetapi", maka hasil yang didapat lain dengan yang dibicarakan oleh pengarangnya. Demikian juga dengan hipotesis pengarang belum tentu benar dan belum tentu akurat setelah zamannya.
Penipuan melalui skala pemberitaan dapat kita lihat pada media kita. Media kita terkadang membesarkan masalah kecil untuk menutupi masalah besar atau menyeleksi berita mana yang dapat dikeluarkan. Oleh karena itu, kita tak dapat percaya begitu saja kepada media masa.
HOAX di pihak lain, adalah pemalsuan sumber rujukan ataupun berita yang disampaikan. Biasanya, HOAX diberikan untuk membenarkan suatu kepercayaan, yang bila tidak menggunakan HOAX, sangatlah lemah. HOAX biasanya bergantung pada kepatuhan (atau kebodohan) orang yang ingin percaya akan HOAX itu. HOAX dapat menimbulkan keuntungan bagi penyebar berita. Beberapa rumor, lelucon atau legenda rakyat juga dapat dikategorikan sebagai HOAX. (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Hoax)
-------------------------------------------------------
Salah satu HOAX terkenal adalah "Pendapat Pakar Non-Muslim tentang Alkitab." Mari kita bahas satu per satu.
1. Dr. Mr. D. N. Mulder dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama”, tahun 1963, pagina 12 dan 13, berkata sebagai berikut: “Buku ini dikarang pada waktu-waktu tertentu, dan pengarang-pengarangnya memang manusia juga, yang terpengaruh oleh keadaan waktunya dan oleh suasana di sekitarnya dan oleh pembawaan pengarang itu sendiri. Naskah-naskah asli dari Kitab Suci itu sudah tidak ada Iagi. Yang ada pada kita hanya turunan atau salinan. Dan salinan itu bukannya salinan langsung dari naskah asli, melainkan dari salinan dan seterusnya. Sering di dalam menyalin Kitab Suci itu terseliplah salah salin.”
Ada yang pernah melihat bukunya? Ada yang pernah membacanya? Apakah kesimpulan yang dihasilkan oleh pengarang adalah Alkitab dipelihara atau tidak? Salah salin mungkin saja terjadi, tetapi takkan menyebar secara luas. Ini adalah salah satu tipe klasik dari pengutipan secara potongan.
2. Drs. M. E. Duyverman dalam bukunya “Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru”, tahun 1966, pagina 24 dan 25, berkata sebagai berikut: “Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, padahal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira pada abad keempat, di Antiochia diadakan penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar diantara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam Gereja.”
Sama seperti di atas. Apakah tidak ada kesalahan cetak sedikitpun pada buku salinan? Bahkan buku yang anda beli di zaman modernpun dapat memiliki kesalahan cetak. Justru karena adanya penyelidikan ini, Alkitab dapat terpelihara.
3. Dr. B. J. Boland dalam bukunya “Het Johannes Evangelie”, p. 9, berkata sebagai berikut: “Zijn ons de waarheden van het Evangelie van Jesus Christus in haar corspron-kelijken onvervalschen, zul veren vorm overgeleverd of zijn de door het intermediair van den Griek schen Geest, van de Griek sche reid, het laat stea an te nemen…dat de letter der Nieuw-Testament-ische boeken in de eerste eeuwen anzer jaartelling gewichtig wijzungen moet hebben ondergaan.”
Artinya: Apakah kebenaran-kebenaran dari Injil Jesus Kristus diserahkan kepada kita dalam bentuk murninya, asli dan tidak dipalsukan, ataukah telah dirubah melalui alam fikiran kebudayaan Gerika? Umumnya yang terakhirlah yang diterima oleh orang jaman kini… bahwa tulisan-tulisan Kitab Perjanjian Baru pada dua abad pertama perhitungan tahun kita, pasti telah mengalami perubahan besar.
Pertama-tama: Siapa yang menerjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia? Yang kedua, ada "..." yang berarti ada pemotongan pengutipan di situ. Siapa yang menjamin bahwa apa yang ingin disampaikan pengarang adalah seperti yang diterjemahkan?
4. Dr. A. Powel Daviesdalam bukunya “The meaning of the Dead Sea Scrolls The New American Library” tahun 1961 , p. 106, berkata: “The first three, or Synoptic Gospels tell much the same story. There are discrepancies; but it is impossible to a considerable extent to reconcile them. John’s Gospel, however, tells quit a different story from the other three. If John is right, then the other three are wrong; If the Synoptic are right, the John’s gospel must surely be in error.”
Artinya: Tiga Injil pertama, yaitu Injil Synoptik, membawakan cerita yang sama. Terdapat pertentangan-pertentangan di dalamnya, sehingga tidaklah mungkin sedemikian jauh untuk mendamaikan ayat-ayat ini. Namun Injil Johannes, menceritakan cerita-cerita yang amat berbeda dari ketiga Injil pertama itu. Bila Injil Johannes yang betul, maka ketiga Injil yang lain itu salah; bila ketiga Injil itu betul, maka Injil Johannes pasti salah.
Apakah ini adalah hasil akhir dari pengarang? Atau ada keterangan berikutnya? Ingatlah, bahwa ada beberapa pengarang yang menggunakan pertanyaan dan rasa tegang untuk membuat pembaca tidak sabar untuk menanti lanjutannya.
5. Dr. G. C. Vari Niftrik dan Dr. B. J. Bolanddalam bukunya “Dogmatika Masakini”, cetakan ketiga; tahun 1978, p. 322, berkata sebagai berikut: “Kita tidak usah merasa malu bahwa terdapat pelbagai kekhilafan di dalam Al-Kitab; kekhilafan tentang angka-angka, perhitungan-perhitungan tahun dan fakta-fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu berdasarkan caranya isi Al-Kitab telah disampaikan kepada kita, sehingga dapat kita berkata: dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan-kekhilafan itu barulah kemudiannya terjadi di dalam turunan-turunan (salinan-salinan-pen) naskah itu.”
Sebenarnya, keterangan ini menegasikan poin-poin di atas. Butir ini justru membuktikan bahwa Alkitab pertama adalah benar, tetapi terjadi kesalahan penyalinan, tetapi tak mengurangi arti penting dari Alkitab.
6. Herman Bakels (1871-1954) dalam bukunya “Nij Ketters? Ya.. Om deere Gods”, p. 119-120, lewat buku “Dialog antara Ahmadiyah dengan saksi-saksi Yehowa”, p. 83 dan 88 berkata sebagai berikut: “De andere ses Bijbels (Weda, Awesta, de boeken over Boedha, Tao-teking, Confusius boeken, Kor’an) ken ik niet genoeg…Van onzen Bijbel weet ik dit zeker. Ik heb hem dertig jaar lang van voren tot achteren doorploeterd. En ik zeg rondement; ik kan in Europa geen boek dat meer stikvol dingen-die-niet-waar-zijn zit dan de Bijbel.”
Artinya: Adapun enam buah kitab (Weda, Awesta, Kitab-kitab tentang Budha, Tao-teking, Kitab-kitab Confusius, Al-Qur’an) tidak begitu saya kenal. Akan tetapi Bijbel kita ini, pasti saya ketahui. Sudah 30 tahun lamanya saya mengincah Bijbel kita ini dari awal sampai akhir. Oleh karena itu terus terang saya katakan, bahwa di Eropa, saya belum kenal sebuah kitab yang lebih padat dengan hal-hal yang tidak benar dari pada Bijbel.
Dia juga berkata:
“Bijna alle koeken zijn er misleidend, nipseudepigra fisch. D.W.Z. niet geschreven door de auteurs op wier namen zestaan, maar wel later geschreven.”
Artinya: Hampir semua kitab-kitab dalam bibel itu menyesatkan, yakni memakai nama. palsu, yaitu tidak ditulis oleh pengarang-pengarang yang tercantum nama mereka di atasnya, melainkan ditulis jauh di belakang mereka.
Saya bingung mengapa ini dipakai? Karena ia mengetahui 1 kitab saja, karena itu kitab itu menjadi tersalah, terbenar, terjelek, tersuci, tersesat karena tak ada pembandingnya.
7. Surat kabar di Ghana, yaitu Harian Times, 24 Juni 1964 yang dimuat oleh harian Mercusuar Yk. tertanggal 31-8-1968; Mr. RT. Payet, di dalam parlemen inggris tahun 1964 mengusulkan kepada Pemerintah Inggris dalam hal ini The British Home Secretary agar Injil dilarang beredar. Salah satu di antara sebabnya seperti yang ia katakan sebagai berikut: “I know of no book in history which could compare with the Bible as a source of brutality and sadistic conduct.
Artinya: Tidak ada di dalam sejarah satu buku yang merupakan sumber dari perbuatan-perbuatan yang brutal dan sadis selain Injil ini. (I. Sudibya Markus dalam buku “Dialog Islam-Nasrani dan Usul Pelanggaran Injil di Inggris”, terbitan Potrosari Ler. 28 Mgl.).
Ada yang tahu siapa RT. Payet? Orang manakah dia? Dan penerjemah Indonesia salah menerjemahkan Bible menjadi Injil.
8. Prof. Herbert J. Muller dalam buku “The Uses of the Past, p. 168 lewat bukunya O. Hashem, “Marxiesme dan Agama”, tahun 1965, Japi Surabaya, p. 45, berkata: “Scholars regard this text ( I Johannes 5:7) as a later interpolation however, since it does not appear in the best manuscripts.”
Artinya:
Para sarjana menganggap bahwa naskah ini ( I Johannes 5:7) adalah suatu sisipan/tambahan kemudian, karena ayat seperti ini tidak diketemukan pada manuskrip-manuskrip terbaik.
Terbaik dalam hal apa? Kondisi? Tertua? Kalau anda membaca judul buku yang ia terbitkan, judul bukunya adalah "Marxisme dan Agama". Apakah anda setuju Marxisme? Pernahkah anda membaca apa yang ia katakan mengenai agama lain?
9. Kata Herman Bakel dan Dr. A. Powel Davies, “Injil Matius 28:19 dan Injil Markus 16:9-19 adalah sisipan. Bacalah bukunya.”
Mereka berkata di buku mana?
Kesimpulan:
HOAX dapat terjadi dengan mudah bila orang dengan gampangnya percaya, tanpa mau membuktikan sendiri. Untuk kutipan-kutipan yang beredar, kita harus mengetahui latar belakang orang yang dikutip, orang ynag mengutip dan buku aslinya, sehingga kita dapat memeriksanya sendiri. Butuh waktu dan tenaga memang, tetapi daripada percaya pada kebohongan, lebih baik berkorban. Jangan hanya melihat gelar lalu dengan mudahnya percaya. Hati-hatilah.
Ini semua adalah hasil pemikiran saya yang tidak sempurna. Untuk melihat apa kata orang Kristen lain mengenai hal ini, anda dapat membaca di sini.
Amin, datanglah segera ya TUHAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H