Mohon tunggu...
Ivan Kosasih
Ivan Kosasih Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pekerja yang menyenangi agama, ekonomi, politik, psikologi, sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Atau Agama Tidak Perlu Dibela

15 September 2010   12:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:13 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Membela

Di kamus bahasa Indonesia membela diartikan menjadi:

be·la ark v, mem·be·la v 1 menjaga baik-baik; memelihara; merawat: dia - ibunya yg sakit dng sabar; ibulah yg paling berjasa - kita sejak kecil; 2 melepaskan dr bahaya; menolong: untunglah ia masih dapat - jiwa perempuan yg malang itu;

pem·be·la n orang yg merawat;

Dapat disimpulkan dari kata di atas, orang yang membela berarti memiliki kekuatan melebihi sesuatu yang dibelanya.

Membela TUHAN atau agama

Bila seseorang dengan bangganya dapat berkata: "Aku membela TUHAN-ku" atau "Aku membela agamaku", sesungguhnya ia menghujat atau memperkecil TUHAN atau agamanya. Mengapa demikian? Karena konsep berpikir dari orang tersebut meletakkan dirinya lebih besar dari TUHAN atau agamanya, dengan demikian dia seolah-olah menyatakan bahwa ia mampu melebihi TUHAN maupun agamanya.

Ironis bukan? Orang yang berkata membela seperti di atas sesungguhnya adalah orang yang paling tidak beriman terhadap ajaran agamanya karena ia menganggap TUHAN-nya tidak berkuasa atas perkara tersebut hingga IA perlu pembelaan dalam perkara itu. Atau agamanya seolah-olah tidak mampu untuk berbuat apa-apa tanpa dirinya. Jika demikian halnya, apa perlunya orang lain menghargai ajaran yang ia anut maupun TUHAN yang ia sembah?

Membela secara tepat

Jadi apakah kita harus pasif saja menunggu mujizat datang? Tidak juga. Kita perlu secara aktif memperlengkapi diri sendiri dalam menghadapi tantangan yang ada. Bila orang lain tergerak karena tindakan kita, tentu saja kita dapat menasehati dan berdoa untuk mereka agar mereka juga dapat melakukan tindakan yang sama seperti yang kita lakukan (bukan hanya yang kita ajarkan). Pemaksaan kepada orang lain, apapun bentuknya, adalah perbuatan yang tidak beriman tadi, kecuali dilakukan kepada anak kecil yang notabene masih tidak dapat menyadari salah dan benar, baik dan buruk (dan caranyapun harus bijaksana).

Tertulis dalam Alkitab: "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik." dan "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga."

Jadi, marilah kita bersama-sama mengubah dunia yang kita tempati dari pengubahan diri kita sendiri, baru keluarga, teman dan akhirnya meluas sampai masyarakat, dengan teladan yang kita miliki dan doa yang kita panjatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun