Mohon tunggu...
Nur Hidayati
Nur Hidayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Perguruan Tinggi (IAIS-AKTS) Syarifuddin

Hidup itu indah, tinggal bagaimana caranya untuk menikmatinya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

One Day on My Weekend (20-11-2022)

23 November 2022   22:42 Diperbarui: 25 November 2022   07:08 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Minggu, 20 November 2022

Sebagai mahasiswi AKTS program khusus, hari ini adalah hari perkulihanku. Tetapi ada perbedaan antara hari ini dengan hari minggu sebelumnya.

Jadwal hari ini bisa dikatakan sedikit kacau. Karena aku terbiasa dengan agenda yang tertata, hal ini membuatku sedikit kelimpungan.

Sejak semalam aku berusaha menjadi narahubung mahasiswa-dosen. Khususnya dosen jam pertama dan jam terakhir.

Mata kuliah jam pertama harus dilaksanakan bersama teman-teman dari kelas reguler, yang otomatis akan membuat beberapa jadwal mata kuliah sedikit berantakan.

Permaslahan mulai muncul ketika teman reguler meminta mata kuliah jam pertama kami dipindahkan ke jam terakhir, sementara dosen dengan mata kuliah terakhir tidak bisa masuk jam pertama karena memiliki agenda lain.

Suasana hatiku makin keruh saat teman-teman reguler justru sangat sulit dihubungi, sementara aku tidak suka membuat dosen menunggu jawaban. Tetapi aku tidak bisa egois dan memutuskan sekehendakku.

Akhirnya aku hanya menghubungi teman-teman sekelasku dan meminta pendapat mereka. Hingga akhirnya dosen jam kedua memberikan pengumuman untuk kuliah daring via g-meet dengan jam lain. Maka kami memutuskan untuk mengusulkan jam tersebut dan menyelesaikan permasalahannya.

___ Kita kembali ke hari ini ___

Semalam, dosen jam keduaku meminta untuk melakukan perkuliahan daring via g-meet pagi hari, tepatnya pukul 06.00 WIB. Yap, menu sarapan pagi itu adalah mata kuliah Simulasi Kantor dengan tema Pernikahan dan Perceraian Pegawai Negeri Sipil.

Pagi yang segar dengan sedikit gerimis ditambah perut kosong membuat isi kepalaku sedikit melayang. Akhirnya, saat sesi tanya jawab isi kepalaku hanyalah makanan hangat yang sedang disiapkan oleh ibu di dapur dan tidak bisa memikirkan pertanyaan tentang pelajaran satu pun. Maafkan aku bu dosen ...

Perkuliahan pun berkahir pada pukul 07.00 WIB.

Pukul 09.00 WIB, aku sudah siap dengan kendaraanku. Bukan untuk ke kampus, tetapi agenda lain yang menungguku. Agenda ini mengharuskanku untuk meminta izin tidak bisa mengikuti perkuliahan pada mata kuliah jam kedua.

Aku menjadi perwakilan lembagaku untuk mengikuti lomba paduan suara, jadi hari ini aku melakukan gladi kotor untuk perlombaan yang akan diadakan esok hari.

Di tengah latihan, tiba-tiba dosen menelfonku dan menanyakan jam pelajaran untuk mata kuliahnya. Aku pun menjelaskan dan mengkonfirmasikan jam sebagaimana kesepakatan semalam.

Di sela-sela istirahat latihan, aku teringat tugas mata kuliah terakhir yang harus diselesaikan hari itu juga. Dengan bantuan seorang teman latihan, aku mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan mencatatnya untuk tugasku.

Latihanku selesai pukul 12.00 WIB.

Seusai latihan, aku langsung berangkat ke kampus. Perkuliahan akan dimulai pukul 13.00 WIB membuatku sedikit mempercepat laju kendaraanku, mengingat tugasku belum sepenuhnya terselesaikan.

Sesampainya dikampus pukul 12.30 WIB, aku segera menyelesaikan tugas. Sedikit bersyukur, karena dosenku tiba-tiba mengundur perkuliahan menjadi pukul 13.30 WIB, sehingga memberiku kesempatan untuk lebih menyempurnakan tugasku.

Tetapi sangat disayangkan, tugas yang kami kira dikumpulkan berupa dokumen ternyata perlu dicetak. Tetapi akhirnya dosen memberi kesempatan lain dengan mengetiknya pada platform ini dan ditambah dengan tugas baru.

Materi kami hari ini adalah tentang Public Relation dengan tema "Menulis". 

Sejujurnya, setelah latihan tadi, aku merasa sedikit lelah dan mengantuk. Aku tidak suka duduk di bagian belakang, jadi aku duduk di bangku paling depan. Sayangnya, mata sipitku tidak bisa diajak bekerja sama. Rasa kantuk menelan kesadaranku sedikit demi sedikit. Tetapi tak butuh waktu lama, kesadaranku kembali dan menyimak keterangan dosen. 

Dosen yang meminta kami mencatat materi yang diterangkan. Namun aku yang ceroboh justru meninggalkan bolpoinku di rumah. Mungkin mencatat di ponsel adalah solusi lainnya. Tetapi kehendak Tuhan berkata lain, Handphone-ku ternyata mati karena kehabisan baterai, membuatku hanya bisa menyimak dan menanti contekan materi dari teman-teman.

Dosenku mengatakan, bahwa pada masa sekarang ini kita harus pandai menulis dan menghasilkan jejak digital yang baik. Apa yang kamu tulis, akan menunjukkan siapa dirimu sebenarnya. Kemampuan menulis sangat penting dalam Public Relation.

Sebagai mahasiswa kita harus menjadi individu yang berpikir kritis. Dengan membaca dan memahami, serta menyadari bahwa menulis itu penting, kita dapat mempublikasi dan menyajikan pendapat kita ke hadapan publik. Baik pemikiran kita diungkapkan secara induktif maupun deduktif. 

Dosenku berpesan, "Karena kemampuan menulis itu sangat penting saat ini, maka jadikanlah menulis sebagai kebutuhan, bukan kebiasaan."

Dan di sinilah aku hari ini, untuk menuliskan dan menghasilkan jejak digitalku sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun