Mari kita membahas lebih dalam mengenai salah satu budaya yang ada di pedalaman Papua khususnya suku Dani, salah satu budaya unik yang dimiliki suku Dani adalah budaya pemotongan jari atau dikenal dengan "iki palek". Hal ini merupakan budaya pemotongan jari yang dilakukan oleh suku Dani di Lembah Baliem Papua, jika dibaca secara sekilas mungkin tradisi ini terkesan mengerikan bagi orang awam.
Namun, hal ini memiliki makna yang sangat dalam bagi suku Dani, budaya potong jari ini dilakukan untuk menunjukkan rasa kesetiaan dan rasa duka yang mendalam terhadap anggota keluarga yang baru saja meninggal.
Jari yang dipotong menandakan jumlah keluarga yang telah meninggal, sebagian besar yang melakukan budaya pemotongan jari ini adalah wanita namun laki-laki juga melakukan untuk menunjukan tanda kesetiaan dan duka yang mendalam, tetapi pada laki-laki menunjukan bentuk kehilangan dengan memotong kulit telinga.
Suku Dani memiliki alasan tersendiri mengapa mereka melakukan ritual pemotongan jari atau "Iki Palek" karena mereka menganggap bahwa jari merupakan simbol keharmonisan, kebersamaan serta kekuatan.
Budaya ini juga menjadi sutau simbol hidup bersama satu keluarga, marga, rumah, suku, nenek moyang, bahasa, sejarah dan simbol yang menandakan bahwa mereka berasal dari leluhur yang sama atau yang biasa disebut "wene opakima dapulik welaikarek mekehasik".
Makna mendalam yang juga tekandung pada budaya pemotongan jari oleh Suku Dani yaitu bahwa mereka penganggap bahwa jari adalah sebuah kesatuan dan kekuatan untuk meringankan beban pada semua pekerjaan, jari-jari akan bekerja sama, sehingga tangan dapat berfungsi dengan baik untuk membantu pekerjaan. Namun, jika salah satu jari hilang maka akan mengurangi fungsi dan kekuatan tangan.
Hal ini menjadi gambaran ketika Suku Dani mengalami kelihangan anggota keluarga, jari digambarkan sebagai anggota keluarga yang meninggal sehingga akan mengurangi kekuatan dan kebersamaan mereka.
Pada proses pemotongan jari ini para wanita akan memotong jari mereka dengan cara menggingit jari hingga putus, namun terkadang dilakukan dengan kapak atau pisau, selanjutnya agar mengantisipasi darah yang mengucur deras, maka mereka akan mengikat jari dengan benang hingga mati rasa kemudian baru akan dipotong.
Kemudian, untuk para laki-laki mereka akan memotong daun telinga menggunakan bilah bambu yang sangat tajam, jika tidak dapat dilakuka sendiri, maka akan dibantu oleh kerabat. Jika jari sudah terputus maka proses pemotongan jari atau "Iki Palek" telah terlaksanakan, kemudian luka akan dibalut dengan dedaunan dan biasanya luka akan sembuh dalam kurun waktu satu bulan.
Proses pemotongan jari ini dilakukan tidak sembarangan, adapun ketentuan-ketentuanya, yaitu jika yang meninggal adalah orang tua, maka yang akan dipotong adalah dua ruas jari. Namun, jika yang meninggal adalah sanak saudara maka yang dipotong adalah hanya satu ruas jari, sebelum melakukan proses pemotongan jari yang jarinya akan dipotong akan membaca mantra.
Suku Dani melakukan budaya menotongan jari ini atau yang disebut dengan 'Iki Palek" didasari dengan rasa cinta dan kebersamaan yang begitu mendalam dan kuat sehingga mereka rela merasakan sakit yang luar biasa saat menjalankan ritual pemotongan jari atau "Iki Palek", budaya ini juga dilakukan dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat segera melupakan kesedihan yang mendalam dan melanjutkan kehidupan.Â