Istilah generasi millennial memang sedang sering dan akrab terdengar. Istilah ini berasal dari kata millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan seorang penulis yang berkebangsaan Amerika yaitu William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa karangan bukunya.Â
Perspektif adalah suatu alat atau media dimana seseorang dapat berpendapat terhadap suatu persoalan yang telah terjadi, atau bisa juga pada sudut pandang tertentu yang digunakan untuk melihat suatu fenomena. Jadi secara sederhana perspektif merupakan cara setiap individu dalam menanggapi sesuatu yang di ungkapkan baik secara lisan maupun tertulis.Â
Teknologi juga membuat para generasi internet tersebut mengandal media sosial sebagai tempat untuk menemukan dan mendapatkan informasi. Saat ini media sosial sudah menjadi platform pelaporan dan sumber berita penting bagi masyarakat.Â
Tren ini nsudah terbukti disepanjang 2016 melalui beberapa peristiwa penting salah satunya yaitu mengenai kasus aksi terror bom. Masyarakat memang sudah mengandalkan media sosial untuk memperoleh suatu informasi terkini dari suatu peristiwa yang sudah terjadi.Â
Ada sebuah studi yang menerangkan pada perilaku generasi akrab internet ini memilih jalur daring untuk keperluan meneliti dan membeli beragam produk atau jasa dalam tujuan untuk memenuhi suatu kebutuhan sehari-hari. Kepemilikan sebuah perangkat mobile menjadi salah satu factor yang paling signifikan terhadap suatu tindakan atau perilaku dalam belanja daring.Â
Ada sebanyak 61 persen konsumen yang lebih memilih berbelanja menggunakan smartphone(ponsel pintar) da nada 38 persen lainnya lebih memilih untuk menggunakan tablet atau perangkat mobile lainnya. Sementara 58 persen konsumen lebih memilih menggunakan komputer.
Gaya hidup yang berbahaya sangat lekat dengan dunia maya, dan memiliki pengetahuan yang cukup tinggi dalam memanfaatkan suatu platform dan perangkat mobile, ternyata melahirkan titik lemah bagi para generasi internet.
Jadi titik lemah tersebut akan berdampak buruk bagi keamanan generasi millennial di dalam lingkup dunia maya. Sepanjang 2016 dinamika masyarakat Indonesia diramalkan dengan berbagai disrupsi teknologi yang sudah terjadi di berbagai sector industri.Â
Di sektor transportasi disrupsi sudah dikukung dengan hadirnya ride sharing, bahkan sempat membuahkan suatu persaingan tajam dengan seorang penyedia pelayanan transportasi konvensional. Menjelang datangnya tahun yang baru, berbagai tantangan besar seakan sudah menanti dan datang silih berganti mengarah ke bangsa ini.Â
Kemajuan dalam suatu bangsa sangat berkaitan erat dengan suatu peran pemudanya dalam bagaimana produktif dalam melaksanakan kehidupan bangsanya.Â
Dengan begitu maksud dari penerus bangsa ini berarti dimana bahwa peranan pemuda dalam pembangunan tersebut akan sangat penting dan bermanfaat, menjadikan sebuah satuan komponen yang bersifat penting dalam proses bangsa Indonesia maupun pada penerus bangsa.Â
Dengan cara berperilaku yang baik dan sopan maka peranan fungsi sosialnya pun akan berjalan dan akan saling berkaitan.Â
Fungsi sosial milenial sangat erat hubungannya dengan perilaku dan lingkungan dari suatu generasi tersebut , serta dimana seluruh generasi milenial merupakan sebagai sebuah sistem sosial maupun jaringan sosial untuk bisa memenuhi suatu kebutuhan dasar, peran sosial, dan  tekanan(shock and stess).Â
Kita sebagai penerus bangsa harus pandai dalam menjaga dan menyaring suatu informasi apa saja yang pantas kita simpan dan bisa di terapkan dalam kehidupan sehari-hari,
Belakangan ini, generasi milenial sering menjadi suatu topik yang hangat dibahas maupun di bicarakan di kalangan masyarakat. Tidak hanya dari segi pendidikan dan teknologi, tetapi juga perilaku milenial yang berbeda dengan generasi sebelumnya.Â
Milenial atau sering disebut-sebut sebagai generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah adanya generasi X. Mereka lahir pada kisaran 1980 hingga 2000-an. Riset yang dilakukan oleh lembaga Alvara Research Center mengatakan generasi milenial menyimpan potensi yang cukup besar dalam bidang bisnis.
Perilaku pertama, generasi milenial di Indonesia sangat kecanduan dalam menyikapi yang namanya internet. Dalam sehari rata-rata generasi milenial bisa atau mampu menggunakan internet dengan durasi yang cukup lama yaitu sekitar tujuh jam dengan rentang usia yang tertentu.Â
Kedua, loyalitas generasi milenial tergolong rendah. Saat ada produk yang lebih bagus, generasi milenial dengan mudah akan berpaling. Ketiga, mayoritas milenial lebih memilih melakukan transaksi non-tunai dengan porsi 59 persen.Â
Pilihan inilah yang membuat milenial dikatakan memiliki dompet ‘tipis’ namun bukan berarti mereka tidak mempunyai uang. Perilaku yang keempat, yakni generasimilenial bisa bekerja dengan lebih cepat, singkat, dan cerdas landaran juga didukung oleh keberadaan suatu teknologi.Â
Perkembangan teknologi juga bisa mendorong milenial untuk memiliki kemampuan multi-tasking. Perilaku ini membuat milenial menjadi terbiasa dalam melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus. Selanjutnya generasi milenial juga memiliki perilaku senang berwisata, 1 dari 3 milenial di Indonesia biasanya liburan minimal 1 kali dalam kurun waktu setahun.Â
Disisi lain, milenial terhitung gemar berbagi, peduli dan responsif terhadap masalah sosial. Generasi milenial menganggap untuk tidak mementingkan suatu kepemilikan barang, tetapi asalkan masih bisa untuk mengakses hal yang diperlukan dan dibutuhkan.
Sebagai contoh, seperti dalam perkembangan transportasi daring menunjukkan generasi milenial merasa tidak memerlukan untuk membeli kendaraan. Dengan munculnya sebuah teknologi (gadget dan internet), perubahan geografis dan perubahan daya beli secara perlahan tapi pasti akan mengubah suatu perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh manusia.Â
Urban middle-class millennials adalah sebuah istilah masyarakat yang memiliki perilaku dan nilai-nilai yang cukup unik yang disebabkan oleh melekatnya tiga entitas tersebut. Masyarakat urban middle-class millennials merupakan masyarakat muda terbuka (open minded), individualis, dan masyarakat multikultur sehingga bisa memunculkan budaya-budaya yang baru.
Perubahan fenomena sosial generasi masa depan bisa tercermin dari fenomena generasi millennial saat ini. Karakter individualis masyarakat kedepan akan terjadi, meskipun masih saat berkumpul pun gadget masih tidak bisa lepas dari genggaman mereka, tenggelam dalam dunia mereka sendiri adalah suatu keniscayaan masyarakat di masa depan.Â
Gadget bukan lagi menjadi suatu yang dikatakan hanya sebatas teknologi saja, tetapi sudah dikatakan menjadi teman, sepertinya sehari tanpa sebuah gadget adalah suatu hal yang mustahil. Bagi masyarakat saat ini, berlibur sudah menjadi suatu kebutuhan seiring dengan padatnya pekerjaan mereka pun akan membutuhkan waktu untuk refreshing sejenak.Â
Berkunjung ke tempat wisata bukan hanya untuk liburan, melainkan untuk mengabadikan momen bagi mereka dengan cara berfoto selfie dan narsis ditempat wisata khususnya wisata yang bertempat di luar negeri yang akan menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi mereka.Â
Generasi millennial juga memiliki sifat toleran terhadap sesamanya, hal ini dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi yang semakin cepat, dimana  anak muda di zaman sekarang ini bisa untuk berinteraksi dengan manusia dari berbagai belahan dunia.Â
Dengan adanya arus globalisasi ini yang berhasil menciptakan interaksi langsung maupun tidak langsung yang lebih luas antar umat manusia yang sudah tidak mengenal batas-batas antara negara satu dengan negara lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H