Saya kira juga tidaklah perlu sampai membuat papan-papan imbauan atau larangan untuk Burung Kokokan di sini. Toh juga penduduk setempat sudah sangat melindunginya. Yang utama sebenarnya bagaimana mengedukasi pengunjung.
Harapannya mereka bisa menerapkan di tempat lain, bahwa betapa pentingnya peran burung ini terhadap ekosistem. Terlebih-lebih dengan status dilindungi, tentu akan ada konsekuensi hukum apabila masyarakat memanfaatkannya secara ilegal.
Satu hal yang mengganggu pemikiran saya adalah mulai terdesaknya areal persawahan sebagai tempat bermain Burung Kokokan ini. Di ujung Desa Petulu saya lihat sudah mulai marak pembangunan villa-villa yang mengorbankan aeral sawah.
Mungkin ini adalah dampak dari wisata yang semakin berkembang. Seyogianya penduduk dan pemerintah daerah setempat sudah mulai memikirkan anstisipasinya.
Secara umum Burung Kokokan di Desa Petulu sungguh beruntung nasibnya. Di sini dia dilindungi, dikonservasi bahkan dipuja. Hidupnya rukun dan harmoni dengan penduduk.Â
Sunggung beda nasibnya dengan saudara-saudara mereka yang sejenis di Sumatra Barat, di Kabupaten Tanah Datar dulu. Hanya karena dianggap hama, mereka ditembak dan dibunuh. Semoga ke depan tidak ada lagi hal-hal seperti ini.
Salam Konservasi.
30/11/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H