Pada saar sore menjelang siang, dilanjutkan dengan persembahyangan di Pura Kahyangan Tiga, maupun di Pura yang ada di desa. Bisa juga dilaksanakan sebelum persembhyangan di Merajan. Setelah selesai melaksanakan aktivitas sembahyang mulai dari di rumah, di Merajan hingga di Pura, saatnya untuk beristirahat dan ngelungsur banten serta sesajen yang telah dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi dan Menisfestasinya.
Pada malam harinya biasanya para keluarga di rumah berkumpul, mulai dari keluarga dari ibu, maupun dari keluarga ayah. Semuanya bercengkrama dan saling bersendau gurau, karena pada saat inilah mereka semua bisa dipertemukan, karena pada hari lain semuanya sibuk pada urusan masing-masing dan ada yang tinggal di luar kota. Disinilah mereka makan-makan, dan saling bercerita setelah melaksanakan sembahyang dari pagi hari hingga selesai.
Itulah aktivitas yang tidak bisa dilupakan saat Perayaan hari raya suci Galungan khusunya dalam keluarga. Mumgkin kita semua memiliki aktivitas yang tidak bisa dilupakan pada saat hari raya galungan maupun sebelum hari raya tersebut berlangsung. Karena hari raya Galungan memiliki makna yang sangat mendalam dalam masyarakat Hindu yang ada di Bali khusunya dan di Indonesia yang memiliki kegiatan dan ciri khas masing-masing dalam merayakan upacara keagamaan tersebut sesuai dengan wilayahnya atau sesuai dengan desa, kala dan patra. Sebagai umat Hindu, tentu kita harus melaksanakan hari raya Galungan dengan khusyuk dan kidmat dan berlandasakan dharma agar selalu diberi kesehatan, kesejahteraan, serta kerahayuan dan kerahajengan untuk keluarga, masyarakat Hindu dan jagat Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H