Mohon tunggu...
I Made Wira Ananta Sesana
I Made Wira Ananta Sesana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis untuk dinikmati

Mahasiswa Undiksha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aktivitas yang Tidak Pernah Terlupakan Saat Hari Raya Galungan

9 November 2021   00:38 Diperbarui: 10 November 2021   09:37 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Pelaksanaan Hari Raya Galungan di Desa Saya Sendiri

Bali yang sering dikenal dengan pulai seribu Pura dan pulau Dewata ini kaya akan budaya, tradisi dan tentunya Upacara Keagamaan yang masih sangat kental. Pulau Bali yang merupakan mayoritas umat Hindu ini mempunyai banyak sekali hari keagamaan atau hari Suci. Salah satu hari raya yang ditunggu yakni hari raya Galungan. Hampir semua umat Hindu di Bali merayakan hari raya Galungan.

Umat Hindu di Bali pasti tidak pernah melewatkan hari Raya Galungan, karena pada dasarnya hari raya ini wajib dirayakan. Karena dulunya pernah tidak dirayakan hari raya Galungan dan membawa petaka bagi umat Hindu di Bali. Pada naskah Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada malam bulan purnama tanggal 15, tahun saka 804 atau 882 Masehi. Namun ritual perayaan ini sempat berhenti selama bertahun-tahun. Akibatnya raja-raja yang berkuasa di Bali kala itu banyak yang wafat pada usia muda, selain itu pulau Dewata juga terus-menerus diguncang dengan berbagai bencana, demikian yang dikisahkan dalam lontar Sri Jayakasunu. Sehingga pada masa pemerintahan raja Jayajakasunu Galungan kembali diadakan. Dimana raja Jayakasunu mendapat bisikan dari hasil bertapa, bahwa hari raya galungan halus dilaksanakan lagi.

Hari raya galungan merupakan momen untuk memperingati terciptanya alam semesta. Sebagai upacapan syukur, umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara.

Dalam perayaan hari raya Galungan, tentu ada beberapa aktivitas yang tidak akan pernah dilupakan dan selalu berbekas dalam kehidupan kita. Aktivitas-aktivitas yang berbekas tersebut mungkin terjadi karena kita sangat menikmati aktivitas tersebut dan menemukan kesenangan dan kenyamanan tersendiri mengapa aktivitas tersebut sangat berbekas bagi diri kita sendiri.

Saya sendiri sebagai umat Hindu juga memiliki aktivitas yang sangat berbekas baik sebelum hari raya galungan maupun pada saat hari raya galungan. Di mana hari raya Galungan merupakan hari yang sangat saya tunggu-tunggu dan sangat berkesan.

Yang pertama yaitu pada saat hari Penampahan Galungan. Penampahan Galungan dilaksanakan  sehari sebelum hari raya Galungan, tepatnya pada Anggara (Selasa) Wage wuku Dungulan. Di mana pada hari penampahan disibukan dengan berbagai kegiatan seperti pembuatan Penjor. Saya sendiri tidak pernah melupakan aktivitas ini dan selalu memiliki makna tersendiri. Karena dalam membuat Penjor ini dibantu oleh saudara, karena biasanya jika Penjor dibuat sendiri akan lebih lama selesainya dan menguras banyak sekali tenanga.

Dalam membuat Penjor inilah membuat aktivitas ini sangat bermakna bagi saya sendiri karena butuh kreativitas sendiri dan tetunya kerjasama dengan saudara dan menimbulkan rasa gotong-royong yang sangat kental. Saat Penjor selesai di buat, disitulah timbul kesenangan tersendiri karena kita membuat Penjor sendiri dan dengan kreativitas sendiri tanpa menghilangkan makna yang ada di dalamnnya.

Pada saat Penampahan selain membuat Penjor, hal yang tak pernah dilupakan yaitu mepatung atau bisa disebut menyembelih Babi. Kenapa umat Hindu menyembelih Babi? Jawabannya sangat sederhana sekali, karena umat Hindu meyakini bahwa Babi adalah hewan yang malas, serakah dan kotor, sehingga dipilih sebagai hewan sembelih dengan makna menghilangkan sifat tersebut dalam diri.

Biasanya sebelum menyembelih Babi, terlebih dahulu di beri Mantra dan di beri tirta, setelah itu baru babi boleh disembelih.Keluarga saya sendiri memotong Babi untuk Upacara dan untuk dimakan. Dalam keluarga saya dan di sekitar desa di hari penampahan ini seluruh keluarga biasanya mepatung (membeli babi secara patungan dan menyembelih lalu dibagi secara merata). Dalam memotong babi inilah rasa kebersamaan dalam keluarga besar muncul. Semuanya saling membantu dan bekerja sama satu sama lain, maulai dari para laki-laki yang menyembelih Babi dan memotong menjadi bagian-bagian yang nantinya akan dibagi merata serta perempuan yang bertugas di dapur dalam hal memasak dan melayani laki-laki yang sedang memotong babi, seperti membawakan kopi, jajan dan lainnya. Rasa gotong royong pun terasa sangat kental saat hari Penampahan yang membuat aktivitas tersebut tidak pernah terlupakan. Belum lagi canda gurau keluarga saat aktivitas tersebut berlangsung yang membuat semakin bermakna.

Ada juga kegiatan ngelawar yang biasanya dilaksanakan saat penampahan. Lawar merupakan makanan khas Bali. Di daerah saya sendiri lawar yang terkenal yakni lawar klungah, Klungah merupakan kelapa yang masih sangat muda. Sebelum membuat lawar klungah perlu untuk mencari klungah ataupun membeli ke penjual di Pasar. Lalu klungah di potong dan diambil permukaan yang ada di dalamnya, lalu melalui beberapa proses, ditektek/dicincang dan dikasih bumbu genep (dalam bahasa bali base genep) dimana bumbu genep ini merupakan campuran dari berbagai bumbu yang disatukan lalu ditumbuk. Lawar biasanya dicampur dengan daging babi. Aktivitas ini tidak pernah saya lupakan saat perayaan Galungan.

Hari yang paling ditunggu tentunya adalah pada saat hari raya Galungan berlangsung, yaitu pada hari Rabu atau Buda Kliwon Dungulan yang jatuh setiap 210 hari dalam kalender Bali. Aktivitas yang paling berkesan tentu sangat banyak pada hari raya Galungan, baik itu dari pagi, hingga malam. Seluruh aktivitas nonstop atau biasanya sangat sibuk pada hari berlangsungnya Galungan. Pada pagi hari dilaksanakan mebanten pada pekarangan dan kemulan taksu rumah masing-masing dan juga kalau punya kebun atau sawah. Lalu selanjutnya melaksanakan persembahyangan di Merajan Keluarga Besar. Saat bersembahyang di merajan, semua keluarga dari berbagai daerah berkumpul dan melakukan persembahyangan di Merajan. Disinilah mereka membaur dan saling berinteraksi karena lama tidak bertemu, di hari raya Galunganlah mereka bisa dipersatukan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun