Â
Waktu terus berjalan layaknya air yang terus mengalir dan tidak akan berhenti maupun mundur. Setiap orang memiliki waktu yang sama dalam sehari yang dihabiskan, 24 jam lamanya. Hal yang membedakan disini adalah kewenangan masing-masing orang untuk menggunakan dan mengelola waktu tersebut.
Manusia yang terlalu terlena akan kesenangan duniawi akan melakukan segala macam cara untuk memuaskan sasrat dan hausnya akan kesenangan, nafsu, hingga ketenaran. Mereka lupa akan tujuannya hidup dan lahir kedunia. Mereka lupa akan hutang yang mereka bawa sedari lahir. Hutang kepada tuhan yang telah memberikan kehidupan, hutang kepada orangtua yang telah melahirkan dan membesarkan, serta hutang kepada guru yang telah berjasa mendidik hingga berpengetahuan. Lupa akan tujuan akhir umat hindu yang sebenarnya, mencapai kesempurnaan dan kembali menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi, Moksha.
Waktu akan terus berjalan layaknya sepoi angin yang membawa serpihan daun menuju tanah. hingga pada suatu saat nanti manusia akan sadar bahwa waktunya tidak lama lagi dan belum sempat berbakti kepada tuhan, belum berbakti pada guru, belum menyayangi orang tua, dan meninggalkan kemanusiaan karena terlalu sibuk mengejar kesenangan dan terlena akan keduniawian. Pada saat itulah penyesalan terbesar akan timbul dan kegelapan akhirat akan menunggu. Dalam Bhagavad Gita sloka 6.6 disebutkan:
bandhur atmatmanas tasya yenatmaivatmana jitah,
anatmanas tu Satrutve vartetatmaiva Satru-vat
artinya
"Ketika kesadaran rendah telah tertaklukkan
oleh jiwa, maka ia menjadi sahabat bagi dirinya sendiri. Sebaliknya, jika
kesadaran rendah tidak tertaklukkan, maka ia menjadi musuh bagi diri
sendiri."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H