Mohon tunggu...
I KOMANG WISNU BUDI WIJAYA
I KOMANG WISNU BUDI WIJAYA Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

saya suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Nilai Pendidikan Karakter pada Sekar Alit dengan Pendidikan Masa Kini

26 November 2024   21:28 Diperbarui: 26 November 2024   21:29 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

       Pendidikan karakter dalam beberapa tahun terakhir sedang menjadi trending topic dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ya, maraknya perbuatan amoral dan melawan hukum yang dilakukan oleh pelajar menjadi penyebab utama dilakukan revitalisasi pendidikan karakter. Harapannya, dengan pelaksanaan pendidikan karakter, para pelajar akan kembali pada "jalurnya" yaitu menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya.

      Pelaksanaan pendidikan termasuk pendidikan karakter hendaknya juga mengakomodasi potensi lokal seperti yang diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional salah satunya berisi tentang "kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik". Berbicara tentang potensi lokal berarti berbicara tentang kearifan lokal.

       Bali yang dikenal karena budayanya menyimpan beragam potensi kearifan lokal. Kearifan lokal itu ada yang berwujud dan ada pula yang tidak berwujud. Kearifan lokal yang tidak berwujud itu contohnya berupa lagu atau nyanyian. Masyarakat Bali memiliki beberapa kategorisasi lagu tradisional yang terdiri dari sekar rare, sekar alit, sekar madya dan sekar agung. Sekar rare umumnya dinyanyikan oleh anak-anak ketika mereka sedang bermain dengan kawan sebayanya. Sekar alit umumnya dinyanyikan oleh anak-anak atau orang tua untuk menasehati putra-putrinya. Sekar madya atau sering dikenal dengan kidung umumnya dinyanyikan ketika berlangsung upacara keagamaan. Lalu, sekar agung  juga disebut dengan kakawin.

            Sekar alit atau sering dikenal dengan pupuh sarat dengan nilai karakter yang sesuai dengan tema pendidikan. Kita ambil contoh pada pupuh Ginada dengan kutipan lagu sebagai berikut :

Eda ngaden awak bisa

Depang anake ngadanin

Geginane buka nyampat

Anak sai tumbuh luu

Ilang luu buka katah

Yadin ririh liu nu peplajahan

Artinya :

Jangan merasa diri pintar

Biarkan orang berkomentar

Seperti orang sedang menyapu

Karena setiap hari pasti ada sampah

Sampah habis masih banyak debu

Biarpun kita dibilang sudah pintar, tetapi masih banyak yang harus dipelajari

            Jika kita analisis makna dari lagu pupuh Ginada ini maka sebenarnya tersirat sebuah makna yaitu karakter belajar sepanjang hayat (long life learning). Konsep belajar sepanjang hayat ini sangatlah relevan dengan situasi kekinian. Era globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan tidak terprediksi. Oleh karena itu setiap individu termasuk pelajar hendaknya selalu mempelajari setiap ilmu yang berkembang pada setiap detiknya. Hal itu tentunya penting dilakukan agar kita bisa beradaptasi dan bahkan menjadi pemenang di era globalisasi ini. Jika dahulu kita cukup belajar tentang mata pelajaran, bahasa asing dan IT maka tentunya di abad ke-21 kita masih harus belajar hal yang baru yaitu bagaimana berkomunikasi, berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan memecahkan masalah yang kian kompleks.

            Selain itu bait pada lagu pupuh Ginanti juga sarat makna dengan kutipan sebagai berikut :

Saking tuhu manah guru 

mituturin cening jani 

kawruhe luir senjata 

ne dadi prabotan sai 

keanggen ngaluruh merta 

saenun ceninge urip

Artinya :

Seorang guru sedang menasehati siswanya

Bahwa pengetahuan itu bagaikan senjata

Yang dapat digunakan untuk mencari dan bertahan hidup

Carilah pengetahuan selagi kamu masih hidup

            Makna dari lagu pupuh Ginanti di atas adalah agar para generasi muda agar tidak pernah lelah mencari pengetahuan atau tidak boleh malas belajar. Dengan pengetahuan yang luas dan banyak maka kita akan bisa bertahan hidup. Hal itu tentunya relevan dengan kondisi kekinian. Orang yang memiliki pengetahuan luas dan dibuktikan dengan tingkatan ijazah tentunya memiliki peluang yang lebih baik dalam mendapatkan pekerjaan dan mengembangkan karier.

            Lagu dalam pupuh Ginanti juga menyatakan bahwa pengetahuan itu bagaikan senjata. Jika kita kembali mengingat sejarah berdirinya Indonesia itu tidak lepas dari peran para kaum terpelajar. Mereka yang memiliki pengetahuan yang luas ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia tanpa peperangan. Mereka melakukannya dengan cara membentuk organisasi pergerakan nasional, melakukan kongres dan perjuangan diplomasi lainnya.

            Walaupun keberadaan pupuh sudah ratusan tahun lamanya, namun makna dari pupuh itu tidak akan pernah pudar dan selalu akan relevan. Oleh karena itu kepada para pendidik baik itu di rumah atau sekolah hendaknya dapat menjadikan pupuh ini sebagai sarana untuk memotivasi dan membangkitkan semangat belajar anak didiknya untuk kebaikan dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Penulis adalah mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun