Mohon tunggu...
I PUTU AGUNG MEGA PUTRA
I PUTU AGUNG MEGA PUTRA Mohon Tunggu... Lainnya - Tabanan, Bali.

Jadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Banten Saiban" Sebagai Identitas Budaya Hindu Bali, Persembahan Setelah Memasak atau Sebelum Menikmati Makanan

18 Desember 2020   20:21 Diperbarui: 18 Desember 2020   20:25 1890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam salah satu berita bali.tribunnews.com, seorang Ida Rsi (orang suci agama Hindu) bernama Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti mengungkapkan betapa pentingnya melakukan Banten Saiban. Karena jika kita tidak melakukannya  sama saja dengan memakan dosa kita sendiri. Banten Saiban merupakan salah satu tradisi umat Hindu di Bali sebagai bentuk wujud syukur atas apa yang diberikan Hyang Widhi (Tuhan) kepada kita.

Banten Saiban dilakukan dengan menghaturkan makanan (sesuai masakan hari itu) setelah memasak atau sebelum mengkonsumsi makan. Biasanya persembahan ini ditaruh di depan pintu rumah, di atas kompor, di atas tempat makanan, dan di tempat melakukan ibadah.  Banten Saiban merupakan salah satu penerapan ajaran kesusilaan agama Hindu yang mengharuskan umat agar bersikap anersangsa dan ambeg para mertha. Artinya manusia harus bersikap tidak mementingkan diri sendiri dan mendahulukan kepentingan diluar diri. Dan tradisi ini merupakan salah satu identitas budaya umat Hindu di Bali.

Menurut KBBI identitas merupakan keadaan khusus seseorang ; jati diri seseorang. Lalu dalam Samovar (2013) Identitas adalah konsep penting dalam interaksi komunikatif sehari-hari, terutama komunikasi antar budaya. Menurut Ting-Toomey identitas adalah gambaran diri bahwa kita berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis, dan proses sosialisasi tertentu. Lalu identitas budaya menurut Lustig dan Koester adalah suatu rasa memiliki terhadap kelompok budaya atau etnis tertentu. Masyarakat Hindu Bali bisa menggunakan banten saiban ini sebagai identitas budayanya. Karena hal ini merupakan salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Jadi Masyarakat Bali menganggap bahwa banten saiban ini merupakan budaya yang mereka miliki dan ini menjadi salah satu identitasnya sebagai masyarakat Bali.

Terdapat 3 kategori Identitas menurut  Hall, yaitu 1) identitas pribadi yang membuat individu berbeda dengan individu lainnya, 2) identitas relasional yang merupakan produk dari individu dengan individu lainnya seperti hubungan suami istri, dan 3) identitas komunal yang terkait dengan komunitas berskala besar seperti kebangsaan, etnis, agama , dan lain-lain. Lalu menurut Turner kategori identitas itu ada 1)identitas manusia yang membedakan manusia dari kehidupan lainnya; 2)identitas sosial yaitu identitas yang didapat dari kelompok yang diikuti seperti ras, etnis, agama , pekerjaan, dan lain-lain; 3)identitas pribadi yang membedakan individu satu dengan yang lainnya. Jika kita melihat banten saiban ini dari kategori yang disebutkan oleh Hall, maka banten saiban termasuk ke dalam identitas komunal karena berkaitan dengan komunitas yang besar yaitu masyarakat agama Hindu di Bali. Dan jika kita melihat dari kategori Turner, banten saiban masuk ke dalam identitas sosial karena didapatkan dari kelompok yang diikuti, yaitu dari masyarakat agama Hindu di Bali. 

Di dalam identitas sosial terdapat berbagai macam jenis identitas yaitu identitas rasial, gender, regional, pribadi, etnis, nasional, organisasi, dan identitas fantasi. Identitas rasial adalah identitas yang berkaitan dengan ciri fisik eksternal. Identitas gender berkaitan dengan cara suatu budaya untuk membedakan suatu peran sosial feminim dan maskulin. Identitas regional berkaitan dengan area geografis.

Identitas pribadi berkaitan dengan karakterisitik seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Identitas etnis berkaitan dengan kelompok etnis baik praktik budaya maupun kepercayaan. Identitas nasional berkaitan dengan suatu negara. Identitas organisasi berkaitan dengan afiliasi organisasi yang dimiliki oleh seseorang. Dan identitas fantasi merupakan identitas yang berkaitan dengan dunia (identitas dunia maya). Dari semua kategori tersebut tradisi banten saiban ini dalam jenis identitas etnis karena berkaitan dengan praktik budaya dan kepercayaan. Orang Hindu Bali percaya bahwa  melaksanakan banten saiban adalah sebagai wujud syukur manusia kepada Tuhan dan alam yang telah menyediakan makanan yang berlimpah dengan cara memberikan persembahan sederhana berupa makanan.

Dengan Identitas budaya, kita bisa memberikan informasi kepada orang lain bahwa kita berasal dari budaya tertentu tanpa harus memberitahu mereka secara langsung. Orang lain akan mengetahui asal kita dan budaya kita, asalkan mereka sudah mengetahui identitas budaya kita. Tetapi jika mereka tidak mengetahuinya, sudah pasti mereka tidak akan bisa tahu dari mana kita berasal dan budaya apa yang kita miliki. Agar tidak terjadi kesalahpahaman tentu kita harus memberitahu mereka makna tindakan tertentu dari budaya kita, sehingga dengan terjadilah kesamaan persepsi yang antara 2 budaya berbeda.

Persepsi menurut Mulyana (2017:179) adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsanan dari lingkungan sekitar kita yang dapat mempengaruhi prilaku kita. Rangsangan ini bisa berupa benda, tanda maupun kata. Kemudian setelah mendapatkan rangsangan tersebut kita akan menafsirkan dan memaknainya, dan hasilnya akan mempengaruhi prilaku kita. Cara kita memaknai sesuatu sangat ditentukan oleh budaya. Kepercayaan, nilai, dan sikap merupakan unsur budaya yang dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap suatu hal. Kepercayaan adalah anggapan subyektif bahwa setiap obyek atau peristiwa punya ciri atau nilai tertentu, walaupun hal tersebut tanpa didasari bukti. Persepsi merupakan inti dari komunikasi. Jika persepsi antara dua orang berbeda, maka komunikasi tidak akan berjalan dengan baik. Begitu juga komunikasi antar budaya jika terdapat perbedaan persepsi diantara dua budaya, maka komunikasi antarbudaya tidak akan berjalan dngan lancar.

Seperti contoh, orang Hindu Bali bisa memberikan informasi kepada orang lain bahwa dia adalah orang yang beragama Hindu dengan cara melakukan persembahyangan ke Pura. Hal tersebut karena orang lain tahu bahwa Pura adalah tempat ibadah umat Hindu. Tetapi jika orang Hindu melakukan banten saiban di lingkungan yang mayoritas bukan beragama Hindu. Hal tersebut bisa menjadi konflik karena ketidaksamaan persepsi. Orang yang tidak mengetahui banten saiban ini mungkin saja memiliki persepsi bahwa hal tersebut merupakan sesajen atau persembahan kepada mahluk halus/gaib. Untuk menghindari kesalahpahaman umat Hindu yang melakukan banten saiban tersebut harus memberikan penjelasan kepada orang lain yang tidak tahu tentang makna dari banten saiban. Dengan demikian terjadilah kesamaan persepsi diantara kedua budaya yang berbeda. Kesaman persepsi ini lantas akan menyukseskan komunikasi diantara dua budaya. (Mulyana,2014)

Jadi tradisi banten saiban yang merupakan identitas budaya Hindu di Bali , dapat disampaikan dengan cara melakukan banten saiban itu secara langsung. Dengan selalu menghaturkan makanan sebelum makan atau setelah memasak di beberapa tempat seperti depan pintu, di atas kompor, di atas tempat makanan, dan di tempat ibadah. Jika kita menjumpai orang-orang yang melakukan hal tersebut, maka kita bisa mengira atau menebak bahwa orang tersebut adalah orang Hindu Bali. Karena sekarang kita mengetahui bahwa masyarakat Hindu Bali memiliki tradisi banten saiban atau tradisi menghaturkan makanan sebelum  makan atau setelah memasak. Itulah fungsi dari identitas budaya, kita bisa mengetahui budaya orang tertentu tanpa bertanya dari mana mereka berasal.

Daftar Pustaka:

Bali.Tribunnews.com.(2020, 26 November). Banten Saiban, Ini Pentingnya Kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti.

Dharmadana.id (2019, 27 Agustus). Makna dan Tujuan Mesaiban.

Mulyana, D.(2017). Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung:PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Payanadewa.com.(2019). Belajar Makna Banten Saiban dalam Hindu Bali.

Samovar,L.A., Porter, R.E., McDaniel, E.R. & Roy, C.S. (2013). Communication Between Cultures (8 Tahun edition). Boston: Cengage Learning.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun