Skema besar ini berbasis teori pertumbuhan ekonomi untuk mengucurkan modal kepada pengusaha besar dengan maksud menetes ke bawah (masyarakat). Tetesan-tetesan ini sempat mengucur kepada sebagian masyarakat tetapi tidak merata pada sekitar tahun 1990-an.
Tahun 1994, pemerintah kebupaten di Bali menuntut pemerataan dengan model pembangunan pariwisata yang sama, sehingga aset-aset masyarakat lokal semakin berkurang, berpindah ke investor. Para ahli pertanian menghitung alih fungsi lahan pertanian rata-rata 1.000 hektar pertahun.Â
Alih fungsi ini memang tidak semuanya untuk pariwisata secara langsung, tetapi berhubungan dengan pertumbuhan pariwisata misalnya untuk pemukiman pekerja pariwisata dan industri-industri pengolahan lainnya.
Model pembangunan pariwisata Orba ini juga mulai merambah kawasan-kawasan lindung dan kawasan suci, sehingga mendapatkan protes masyarakat lokal. Contoh kasus adalah proyek BNR di Tanah Lot tahun 1994, kawasan Pura Uluwatu, dan reklamasi Teluk Benoa tahun 2015.Â
Model pembangunan pariwisata dengan basis pertumbuhan ekonomi ini juga tidak bisa memberikan pemerataan ekonomi kepada masyarakat Bali, karena budaya hanya menjadi tontonan singkat. Sisa waktu wisatawan kebanyakan dihabiskan di resort-resort hotel untuk berbagai aktivitas lainnya.
Perkembangan model pariwisata ini merupakan standar ganda dari pembangunan pariwisata budaya, sebab Bali mengembangkan pariwisata budaya di satu sisi tetapi pada sisi lainnya mengembangkan resort-resort untuk berbagai aktivitas lainnya.
 Aktivitas-aktivitas selain pariwisata budaya ini berkembang ke berbagai aktivitas seperti pesta-pesta. Untuk menutupi citra pesta-pesta ini sempat sebuah kapal dari Bali menggunakan Gili Terawangan-Lombok sebagai tempat pesta. Pulau ini sampai kini berkembang sebagai destinasi wisata alam (pantai dan laut).
Perkembangan pariwisata di masa depan, tak akan berbeda jauh dengan kondisi masa kini. Bali sudah sangat tergantung kepada pariwisata. Pada masa pandemi tahun 2020 dan 2021, Bali paling merasakan dampak ekonomi akibat turunnya kunjungan wisatawan.Â
Karena itu, Bali akan terus menggantungkan hidupnya pada pariwisata dengan memperluas berbagai slot pasar wisata. Pasar-pasar di luar pariwisata budaya tampaknya juga akan diambil untuk mengisi kesempatan kerja di bidang pariwisata.
Gejala ini sudah mulai kelihatan sebelum pandemi 2019. Sebelum pandemi, kunjungan wisatawan mancanegara dibiarkan terus meningkat tanpa analisis kapasitas Bali. Tahun 2018 dan 2019, kunjungan wisatawan mancanegara sudah mencapai enam juta orang, tetapi belum ada analisis kapasitas Bali.Â
Karena itu, ada kecenderungan, Bali akan meraup wisatawan sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan keuntungan ekonomi. Kecenderungan ini akan terus terjadi pada masa mendatang, sebab modal yang tertanam pada sektor ini sudah demikian besar. Karena itu, standar ganda pariwisata budaya akan terus dilakukan, melalui isu pelestarian dengan ancaman-ancaman di dalamnya.