Lima pria asal Quebec, Kanada, yaitu Pierre Bouvier (vokal), Chuck Comeau (drum), Jeff Stinco (gitar), Sebastien Lefebvre (gitar) , dan David Desrosiers (bass), tetap bertahan menjadikan Simple Plan sebuah band yang menyajikan pesan tentang kehidupan dan cinta dari lagu-lagu mereka dengan cara sederhana, yakni musik yang bersenang-senang ala pop punk.
Sejak kemunculan album perdana No Pads, No Helmets... Just Balls (2002), Simple Plan dikenal dunia sebagai salah satu band yang ikut membesarkan genre pop punk. Lirik berkisah cerita cinta ala remaja hingga pencarian makna kehidupan menjadi legacy dari karya-karya mereka.
Lagu-lagu seperti “Perfect” dan “Welcome to My Life” telah menginspirasi jutaan fans mereka di seluruh dunia untuk menemukan jati diri. Lalu, ada pula lagu-lagu yang menemani kisah cinta para fans, misalnya “I'd Do Anything”, “Jet Lag”, dan “Can't Keep My Hands Off You”.
Memasuki dekade kedua dalam perjalanan karir mereka, pada Februari 2016, Simple Plan meluncurkan album kelima mereka Taking One for the Team. Album tersebut masih memiliki benang merah yang serupa dengan album perdana dan album keempat mereka Get Your Heart On! (2011). Musik catchy dan lirik yang berpesan soal pemberontakan dan percintaan.
Bagi Comeau, resep utama mereka dalam album Taking One for the Team ialah menciptakan musik untuk bersenang-senang, tetapi tetap memiliki sisi emosional bagi mereka dan, tentu, bagi seluruh fans yang telah setia mendengarkan dan mendukung Simple Plan selama 14 tahun.
“Kunci bagi kami ialah menulis untuk bersenang-senang, musik catchy yang memiliki sisi emosional; musik yang berarti sesuatu. Lirik itu mungkin bukan sajak terbaik yang akan kalian dengarkan dalam hidup kalian, tapi bagi kami karya itu asli, sepenuh hati, serta penuh arti. Dan, saya rasa karya itu juga memiliki arti bagi fans kami,” kata Comeau dalam wawancaranya dengan AU Radio, pekan ini.
Ya, fans memang menjadi elemen penting bagi seluruh band, tak terkecuali Simple Plan. Fans pula lah yang membuat Simple Plan kembali ke identitas musik pop punk setelah sempat nyasar ke genre heavy rock di album ketiga Simple Plan (2008).
Eksplorasi Simple Plan di album tersebut ternyata tidak disukai para penggemar. Fans ingin Pierre dan kolega tetap memainkan musik sederhana yang menyenangkan dan easy-listening, dapat membawa pendengarnya ikut menghentakkan tubuh mengikuti irama lagu, serta, pastinya, ikut bernyanyi mengikuti untaian kalimat yang dilagukan Pierre.
Comeau mengatakan, album ketiga merupakan satu album yang dianggap negatif oleh sebagian besar fans mereka, bahkan akibat album itu mereka sempat berdiskusi untuk melanjutkan Simple Plan atau tidak. Akhirnya, kelima anggota Simple Plan setuju kembali ke akar pop punk.
“Kami lupa bahwa sebuah album berarti tentang bersenang-senang. Ketika Get Your Heart On! meraih kesuksesan sangat besar dan kami melihat fans terhubung kembali dengan band. Saya rasa kami telah mengubah periode rendah dalam karir band ini dengan cara positif dan kami belajar dari pengalaman itu,” kata Comeau.
Sejumlah lagu di Take One for the Team, seperti “Opinion Overload”, “Boom”, “Farewell”, dan “Nostalgic” adalah cerminan warna baru pop punk yang dikembangkan dari suara-suara klasik yang selama ini menjadi nilai jual Simple Plan. Gebukan drum Comeau yang bertempo tinggi, raungan melodi khas Stinco, riff distorsi milik Lefebvre, dan petikan melodi bass yang dihasilkan Desrosiers menjadi sajian Simple Plan menyegarkan genre pop punk.
Dan, tidak bisa dilupakan pula warna vokal Bouvier yang semakin matang dan menjadikan Simple Plan berbeda dibanding band pop punk lain. Ia menyajikan improvisasi pada “Boom” dengan menyanyikan “BBB-BBB-B-Boom!”, terdengar semakin lihai dengan lagu lintas genre, misalnya reggae di track “Singing in the Rain” atau funk pada lagu “I Don't Wanna Go ToBed”, lalu tetap menyentuh dalam menyajikan pesan di lagu “Perfectly Perfect” dan “Problem Child”, dan masih berenergi pada lagu “P.S. I Hate You” dan “Nostalgic”.
Mengenai beragam warna musik yang terdapat di Take One for the Team, Bouvier berkata, “Kami perfeksionis. Kami tidak pernah puas dengan yang pernah kami kerjakan sebelumnya. Kami ingin selalu menunjukkan siapa kami,” ucapnya dalam sebuah wawancara dengan Altpress TV.
Take One for the Team adalah kombinasi seluruh resep keberhasilan Simple Plan di empat album terdahulu. Ada “Problem Child”, “Opinion Overload”, dan “I Refuse” yang menunjukkan pesan kehidupan untuk menjadi diri sendiri seperti yang mereka hadirkan melalui “Perfect”, “Welcome to My Life”, atau pun “Shut Up”.
Tak lupa, kisah patah hati dalam “Everything Sucks”, “P.S. I HateYou”, dan “Nostalgic”. Terakhir, hadir pula “Singing In The Rain” yang melanjutkan warna musik reggae yang sempat melahirkan mereka kembali dengan lagu “Summer Paradise” di album Get Your Heart On!.
Mendengarkan Take One for the Team tidak sekedar mengembalikan momen nostalgia bersama Simple Plan dimasa lalu, tetapi juga memberi harapan baru bahwa genre pop punk belum habis. Sebab, masih ada Simple Plan yang tetap bersedia bersenang-senang dengan pop punk demi memuaskan para pendengar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H