Kontemplasi saya beberapa minggu belakangan ini digiring oleh sebuahsticker yang saya baca di pangkalan ojeg belakang kantor. Ngojeg cuma hobi, bukan profesi. Saya tersenyum geli sambil melintasi beberapa dari mereka yang asik bermain catur, selonjoran kaki atau sekedar mengusik kawannya yang sibuk memikirkan langkah catur berikutnya. Entah apa yang dimaksud sticker besar di pangkalan ojeg itu sesungguhnya.
Beberapa waktu lalu, saya teringat sebuah pesan dari seorang kawan. lebih baik gagal disaat mengerjakan hal yang kamu sukai, daripada berhasil dalam pekerjaan yang kurang kamu sukai. Berkali-kali saya renungkan mendalam maksud pesan itu. Bagi saya, berhasil ya berhasil. Itu hal bagus, regardless kita suka atau tidak suka. Lalu, kenapa harus dipisahkan antara keberhasilan yang diraih saat melakukan hal yang kita suka dan tidak kita suka. Sulit bagi saya memahami hal itu. Sekali lagi, bagi saya, dikala kita berhasil mencapai sesuatu itu artinya kita sudah melakukan hal yang kita sukai. Hmm...
Antara hobi dan profesi
Selang beberapa waktu, saya baru sadar bahwa ternyata logika saya [mungkin] terbalik. Keberhasilan meraih sesuatu tak bisa begitu saja disimpulkan dengan kesukaan kita melakukan hal itu. Ya, logika saya tampaknya terbalik. Seperti kata Bertrand Russel "anything you are good at contributes to happiness". Jadi tampaknya yang menyebabkan keberhasilan (dan-ultimately- kebahagiaan) adalah disaat kita melakukan hal yang kita kuasai dan kita sukai. Interpretasi kutipan itu bisa bermacam-macam, namun saya coba mengartikannya demikian.
Lakukan apa yang kita suka, maka kebahagiaan dan keberhasilan akan hadir dengan sendirinya. Motivasi anda akan berlipat ketika anda melakukan hal yang anda suka. Kepercayaan diri akan tinggi ketika anda melakukan hal yang anda kuasai dan anda sukai. Jadi sebetulnya mencari kebahagiaan itu mudah! Lakukan apapun yang anda sukai, anda pasti bahagia! Saya yakin banyak sekali contoh dari orang sukses dan bahagia karena melakukan hal yang dia sukai. Banyak sekali....Banyak yang rela meninggalkan profesinya demi mencari hal yang dia sukai dan justru membawanya ke jenjang sukses yang lebih tinggi lagi.
Yang menjadi tantangan sesungguhnya adalah mencari tahu apa yang kita sukai dan akhirnya memotivasi kita untuk menguasai hal itu. Ini perkara talent recognition, ini perkara memahami bakat diri kita, ini perkara mengerti passion diri kita. Ketika itu bisa kita pecahkan, maka 90% jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan telah menanti didepan. Sisanya, meyakinkan lagi bahwa itu adalah hal yang memang ingin kita lakukan.
Sebetulnya saya ingin mengajak anda untuk berpikir sejenak; apakah profesi saya saat ini adalah sesuatu yang membahagiakan saya? Profesi ini benar-benar memberi saya kemampuan finansial yang baik, lalu apakah harus saya tinggalkan jika saya ternyata lebih berminat melakukan hal lain? Saya yakin betul bahwa ketika kita memutuskan untuk melakukan hal yang kita sukai, disaat itu pula pintu rejeki akan terbuka dan jendela kabahagiaan akan melebar.
Mengenali diri sendiri bukan perkara mudah. Kita butuh teman, butuh pasangan dan butuh orang tua yang mengerti dan mau membantu menjadi cermin diri kita. Perjalanan mencari apa yang menjadi passion diri ini kadang membutuhkan waktu yang panjang, menuntut kita melewati begitu banyak hal sebelum akhirnya membawa kita ke sebuah titik kesadaran tentang hal yang betul-betul ingin kita lakukan. Tapi percayalah, bahwa apapun hal baik yang kita lakukan saat ini, akan selalu membawa kebahagiaan. Dan apapun hal baik yang kita lakukan, pasti merupakan hal yang paling kita sukai. Karena sesungguhnya manusia hidup untuk menyukai semua hal-hal baik. Do what you believe and believe in what you do.
Kontemplasi tukang ojeg ini akhirnya membawa saya pada sebuah pemahaman baru tentang kesungguhan dalam melakukan sesuatu. Passionate!
Saat ini, saya hanya ingin sungguh-sungguh menjadi orang tua yang membantu anaknya memahami apa yang ingin ia lakukan [recognizing human potential], mendorong ia melakukan dan menyukai hal itu, dan kebahagiaan akan selalu bersamanya kelak.
Tapi jangan gara-gara tulisan ini lalu anda memutuskan berhenti bekerja dan memilih menjadi musisi karena..."I Like Music! I play Violin, not really got at it...but I like it"
Wah, tak semudah itu! Dan yang terpenting, jangan salahkan saya!
NBS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H