***
“Salibkan Dia! Dia itu penghujat Allah!”, teriakan bocah yang berperan sebagai orang Yahudi menggema di telinga kami. Drama kecil yang dipentaskan anak-anak beriringan dengan jalan salib pada pagi hari adalah sebuah kejutan bagi kami sekaligus menjadi kenangan yang tak terlupakan. Tak pernah kami menyangka bahwa anak-anak ini dapat menyajikan sebuah peristiwa iman yang memukau, padahal dari kacamata sejarah, kampung mereka jauh dari pelayanan pastoral. Penampilan mereka dengan pakaian adat mencerminkan bahwa Kekristenan tidak bertentangan dengan budayasebuahdaerah. Inilah sebuah kekayaan sejarahsekaliguskekayaanimanyang tak ternilai harganya dan perlu dipertahankan.
Suasana keemasan pada pagi hari kemudian kami bawa dalam ibadat pada pukul 15.00. Harus kami akui bahwa umat di stasi ini memiliki motivasi yang tinggi untuk beribadat. Antusias ini terlihat ketika mereka sudah berkumpul di gereja setengah jam sebelum ibadat dimulai. Keadaan ini bertolak belakang dengan beberapa tempat pelayanan yang sudah kami kunjungi. Kebanyakan di antaranya masih menunda-nunda waktu untuk beribadat. Di saat yang sama kami sangat berterima kasih kepada pak Lukas yang dengan caranya sendiri bisa mengkoordinir umat untuk dapathadir tepat waktu.
“Fr Babo, ko tempo sudah! Ko pikir jam karet io?” tegur fr Julio pada fr Babo yang masih sibuk menyisir rambutnya.
“Begini dulu baru ganteng”, ujar fr Babo memperlihatkan tatanan rambutnya.
Ibadat Jumat Agung yang dipimpin fr Babo membawa kami pada keheningan untuk merefleksikan diri. Perayaan paskah tanpa imam memang masih menjadi tantangan di pedalaman. Namun, hal itu tidak menyurutkan iman umat pedalaman untuk tetap merayakan paskah. Toh hati yang terbuka untuk bertobat adalah jalan menuju surga.
***
Malam yang menjadi sejarah penebusan umat manusia juga melingkupi umat di stasi Selaou. Tak ada lilin yang dipegang setiap umat. Gereja pun hanya diterangi oleh gugusan cahaya obor di setiap sudutnya.
“Cukupsatulilinpaskahsaja, itusudahcukupmenandaikebangkitanKristus”, ujarfr Julio sebelumibadatdimulai.
Lilinpaskahadalahsatu-satunyalilin yang bersinar di antaraterangobor.Warnacahayanyakuning keemasan.Namun, Roh keselamatan tercipta dari cahaya itu. Roh yang serupa manusia itu kemudian turun ke dunia, berdiam di tubuh manusia, yang semula hanyalah abu hingga manusia hidup dan bisa merasakan dunia.
Pengorbanan yang mendatangkan keselamatan berlaku bagi setiap manusia. Sejak saat itu manusia bukan lagi menjadi orang-orang yang selalu mengalah terhadap dosa, melainkan berkat penebusan, manusia pertama-tama diteguhkan untuk mampu membawa dirinya keluar dari kecendrungan dosa. Sebuahpesansingkatitumenandaiakhirrenungan yang kusampaikanpadamalampaskahitu.