Mohon tunggu...
Hyasint Asalang
Hyasint Asalang Mohon Tunggu... Human Resources - Pergo et Perago

Bisnis itu harus menyenangkan!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melawan Realitas di Tengah Keterbatasan

7 Juli 2021   06:04 Diperbarui: 7 Juli 2021   07:00 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun demikian, banyak sekolah terlihat belum berani membuka kegiatan sekolah regular. Tentunya keberpihakan pada hak hidup dalam bidang kesehatan menjadi prioritas utama belum dibukanya sekolah-sekolah di wilayah kabupaten Boven Digoel.

Hal ini pun yang menjadi pertimbangan hampir di seluruh wilayah Nusantara. Maka kebijakan umum yang diambil dalam proses pembelajaran ialah melalui pembelajaran jarak jauh. Sistem pembelajaran ini tentunya membutuhkan akses internet yang memadai dengan diikuti beberapa pertimbangan lain seperti kepemilikan alat-alat teknologi yang mendukung proses pembelajaran, pengetahuan akan penggunaan teknologi yang bersangkutan dan modal yang dikeluarkan untuk mengakses internet. Semakin baik dan tersedianya semua pertimbangan itu maka semakin baik pula proses pembelajaran yang diharapkan dari guru dan peserta didik.

Sayangnya, proses pembelajaran seperti itu belum dapat diaktualisasikan di wilayah kabupaten Boven Digoel. Hal ini bukan hanya terjadi di kampung-kampung atau di pusat distrik, melainkan juga kenyataan miris ini terjadi di wilayah Tanah Merah, kota kabupaten Boven Digoel.

Ketika para guru di berbagai daerah Nusantara sudah menyadari bahwa diskusi-diskusi tentang segala sesuatu – baik mengenai pertemuan-pertemuan maupun pembelajaran online – selalu dibangun di ruang-ruang yang secara fisik tergolong sempit namun luas dalam tataran online, maka guru-guru di wilayah kabupaten Boven Digoel masih berusaha untuk menunggu selama kurang lebih sepuluh menit hanya untuk sekadar login ke akun email dan facebook. Mereka bahkan perlu waktu yang lebih lama lagi ketika harus mengupload foto-foto kebersamaan baik bersama dengan rekan guru maupun bersama peserta didik.

Sebagai contoh dalam pengalaman selama menjadi guru di SMP Negeri 1 Tanah Merah, yang berada di pusat kota kabupaten Boven Digoel, disadari bahwa akses internet satu-satunya yang dapat diandalkan ialah internet sekolah (wifi) dengan kecepatan koneksi jaringan 0,001 kb per second pada waktu siang dan 0,05 kb per second pada waktu tengah malam. Akses jaringan telkomsel yang masih berlaku sampai sekarang ini hanyalah sebatas 2G. Hal ini pun belum terhitung dengan kondisi para siswa yang tidak semuanya memiliki telepon pintar. Maka seringkali, telepon pintar yang digunakan para guru dan murid hanyalah sebatas untuk mengambil sekadar mengambil foto. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran system online tidak dapat diterapkan di masa pandemic seperti ini.  

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa di wilayah kabupaten Boven Digoel, peralatan teknologi khususnya akses internet adalah masalah yang setiap tahun digaungkan, namun minim pengimplementasiannya. Maka di saat daerah lain sudah mengejar pertemuan menggunakan aplikasi meeting, saling terhubung dengan puluhan anggota yang tersebar di kamar pribadi, ruangan kantor, bahkan di dalam kamar mandi, kami masih sibuk mencari sinyal untuk menelpon atau sekadar bertukar kabar melalui pesan teks.

 

Melawan Realitas dengan Berani

Seorang guru harus berperang menghadapi realitas pandemi Covid-19 ini dengan berani. Ada kewajiban moral bagi para guru yang memiliki semangat tinggi untuk menemukan nilai-nilai yang selama ini hilang dari proses pendidikan yang bermutu. Menariknya bahwa di tengah situasi ini, ada upaya-upaya mempersatukan para murid bukan hanya dalam tataran proses pembelajaran yang resmi melainkan dalam situasi riil kehidupan para siswa.

Jika anak-anak atau para peserta didik berani untuk mengembalikan hak-hak mereka dengan menetap di befak-befak demi melanjutkan pendidikan, maka para guru juga harus berani untuk menemukan identitas diri mereka yang selama beberapa bulan terakhir terjebak dalam jurang yang menganga. Maka beberapa di antara para guru mulai membangun komunikasi dengan secara rutin mengajar para peserta didik di titik-titik pertemuan yang disepakati bersama. Semuanya ini dibangun demi adanya keterikatan secara mental antara guru dan murid.

Memang tidak dapat dipungkiri juga bahwa keadaan ekonomi para guru yang masih tergolong rendah karena status mereka sebagai honor kabupaten sedikit memengaruhi semangat mereka. Namun, dengan adanya bantuan yang dikucurkan pemerintah daerah dalam kebijakan Uang Lauk Pauk (ULP) bagi para guru honorer sedikit membantu para guru untuk tetap berani menghadapi masa krisis ini dengan tetap berpegang pada cita-cita anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun