Mohon tunggu...
Haidar Ahmadinejad Wibisono
Haidar Ahmadinejad Wibisono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Financial

Indonesia di Persimpangan: Tantangan dan Peluang dalam Pemulihan Ekonomi

8 Januari 2025   11:15 Diperbarui: 8 Januari 2025   11:06 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai sebuah persimpangan, di mana tantangan dan peluang saling berinteraksi dalam konteks pemulihan pasca-pandemi. Mesk ipun Indonesia menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang positif, berbagai isu struktural dan ketidakmerataan pembangunan masih menjadi tantangan yang harus dihadapi. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai kondisi ekonomi Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. 

Pertumbuhan Ekonomi: Tanda-Tanda Pemulihan 

Setelah mengalami kontraksi ekonomi yang signifikan pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan positif sebesar 3,69% pada tahun 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi, serta pemulihan sektor-sektor yang terdampak parah oleh pandemi, seperti pariwisata dan perdagangan. Menurut Alawiyah dkk, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 57% terhadap PDB, dan pemulihan sektor ini menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut (Alawiyah et al., 2021). 

Namun, meskipun ada pertumbuhan, tantangan besar tetap ada. Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan dan akses terhadap layanan dasar masih menjadi masalah yang mendesak. Daerah-daerah di luar Pulau Jawa, seperti Papua dan Nusa Tenggara, masih tertinggal dalam hal pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini menciptakan kesenjangan yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 

Dampak Pandemi Covid-19 

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang mendalam terhadap ekonomi Indonesia. Pada tahun 2020, PDB Indonesia mengalami kontraksi sebesar -2,07%, yang merupakan penurunan pertama dalam dua dekade terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya konsumsi rumah tangga, yang turun dari 5,04% menjadi -2,63%, serta penurunan investasi yang signifikan (BPS, 2021). 

Sebagai respons terhadap krisis ini, pemerintah Indonesia meluncurkan berbagai kebijakan pemulihan ekonomi, termasuk stimulus fiskal dan moneter. Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diluncurkan pada tahun 2020 bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, mendukung sektor usaha, dan mempercepat pemulihan ekonomi. Menurut Kementerian Keuangan, alokasi anggaran untuk PEN mencapai Rp 695,2 triliun pada tahun 2021, yang mencakup berbagai sektor, mulai dari kesehatan hingga dukungan sosial (Kementerian Keuangan, 2022). 

Reformasi dan Kebijakan Ekonomi 

Di tengah tantangan yang ada, pemerintah Indonesia juga berupaya melakukan reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing ekonomi. Salah satu langkah penting adalah pengurangan subsidi yang tidak produktif dan peningkatan investasi infrastruktur. Program pembangunan infrastruktur yang ambisius, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, dan bandara, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Kebijakan fiskal yang agresif dan dukungan dari Bank Indonesia dalam bentuk kebijakan moneter yang akomodatif juga menjadi bagian dari strategi pemulihan. Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan untuk mendorong pinjaman dan investasi, serta melakukan pembelian surat utang negara untuk mendukung likuiditas pasar (Zanuba Ainindya El Fanani & Rizky Nur Ayuningtyas Putri, 2023). 

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi 

Salah satu isu paling mendesak yang dihadapi Indonesia adalah kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin melebar. Meskipun pertumbuhan ekonomi menunjukkan tanda-tanda positif, distribusi kekayaan yang tidak merata dapat menghambat kemajuan jangka panjang. Data menunjukkan bahwa 10% populasi terkaya menguasai lebih dari 70% kekayaan nasional, sementara banyak masyarakat di daerah terpencil masih hidup di bawah garis kemiskinan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun