Pada awal 2017 lalu, saya mengikuti sebuah proyek pertukaran budaya ke Polandia. Waktu itu, peserta yang ikut berasal dari banyak negara. Kalau tidak salah, pesertanya berjumlah 37 orang.
Kami ditugaskan untuk bercerita tentang budaya dan tradisi dari negara kami masing-masing ke beberapa sekolah di Polandia, mulai dari TK hingga SMA. Oleh karena itu, semua peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok demi efektivitas proyek.
Saat itu, saya berada di kelompok yang sama dengan dua orang teman bernama Celine dari Malaysia dan Anyta dari Ghana. Masing-masing dari kami membuat banyak sekali slides Power Point untuk memperkenalkan budaya dan tradisi dari negara asal kami.
Jumlah slides yang banyak dikarenakan kami harus menjalankan proyek selama 2 bulan dengan masa aktif kerja 5 hari dalam seminggu. Oleh karena itu, kami harus mempersiapkan banyak materi budaya untuk diceritakan.
Saya adalah tipe orang yang sangat bergantung pada internet sebagai tempat penyimpanan file. Oleh karena itu, saya mengunggah semua file Power Point saya ke e-mail. Sementara, dua teman saya yang lain menyimpannya dalam flash drive mereka masing-masing.
Di minggu-minggu awal proyek, semua kegiatan berjalan lancar. Namun, saat saya berada di sebuah sekolah yang tidak memiliki akses wi-fi, tantangan mulai saya terlihat. Saya tidak dapat membuka file di e-mail untuk dipresentasikan.
Saya mulai menyambungkan hotspot HP ke laptop, namun hal tersebut tidak berhasil karena saat itu adalah musim dingin dan turunnya salju membuat internet sulit diakses, apalagi saat itu kami berada di desa kecil dekat pegunungan.
Sebagai akibatnya, saya pun tidak melakukan presentasi. Tentu saja saya sangat kecewa karena satu kesempatan untuk berbagi satu pengetahuan tentang budaya saya hilang begitu saja. Sejak saat itu, saya mulai berjaga-jaga dengan menyimpan file saya di flash drive. Saat itu saya meminjam flash drive milik Celine dan Anyta karena saya tidak menemukan toko yang menjual flash drive.
Sejak semester pertama berada di bangku kuliah, yaitu pada 2015, saya memang terbiasa memanfaatkan e-mail sebagai tempat penyimpanan file. Pengalaman buruk di Polandia tidak membuat saya jera. Sudah dua tahun saya menyimpan file dengan cara yang sama, tidak terkecuali file-file tugas kuliah.
Ada beberapa alasan saya tidak mau menggunakan tempat penyimpanan seperti flash drive. Salah satunya adalah karena takut laptop saya terkena virus dari laptop atau komputer lain. Lagipula, saya sering kesal karena tempat penyimpanan seperti flash drive tidak bisa diakses dari HP.
Padahal ada saat-saat di mana saya tidak membawa laptop tapi ingin membaca file yang telah saya simpan walaupun hanya melalui HP. Karena itu, e-mail saya jadikan sebagai pilihan pertama.
Setelah dua tahun memanfaatkan e-mail sebagai tempat penyimpanan, saya merasa semua aman-aman saja. Tiba di semester 5, saya mulai menemukan bencana yang berkaitan dengan file kuliah.
Saat itu kami sedang melaksanakan UTS. Sebelumnya, dosen meminta kami untuk membuat makalah individu sebagai bentuk take-home exam. Seperti biasa, saya selalu mencetak tugas pagi hari sebelum tuga tersebut dikumpulkan. Tidak disangka, pagi itu e-mail saya eror. Saya diminta untuk mengganti kata sandi.
Saat kata sandi sudah terganti, e-mail tetap tidak bisa dibuka. Saya semakin panik setelah menyadari waktu pengumpulan tugas yang hanya 30 menit sudah hampir berakhir. Saya pun memutuskan untuk berlari ke kos dan mengambil laptop dari sana.
Di tempat fotocopy (tempat di mana saya ingin mencetak tugas), saya meminjam flash drive salah satu penjaga usaha fotocopy tersebut untuk memindahkan file dari laptop ke komputer mereka.
Sebagai akibatnya, saya terlambat lebih dari 10 menit untuk mengumpulkan tugas UTS. Pengawas ujian sudah tidak ada di ruang ujian, sehingga saya harus berlari ke ruangan dosen yang mengampu mata kuliah tersebut untuk mengumpulkannya.
Saya masih beruntung karena sang dosen menerima tugas tersebut tanpa mengomel sedikit pun. Beliau hanya menanyakan alasan saya terlambat.
Pengalaman sejenis saya alami beberapa kali dan saya mulai kepikiran untuk menyimpan file di flash drive. Namun, saya masih ragu karena jika saya menyimpan file di flash drive, saya tidak akan bisa membuka file tersebut di HP, kecuali jika saya mengirim lagi file tersebut ke e-mail. Sayang, saya bukanlah tipe orang yang mau bekerja dua kali, alias sedikit malas. Hehe...
Suatu hari, seorang teman yang akan presentasi sedang membaca materi presentasi di HP-nya. Saya tertarik melihat sesuatu mirip flash drive yang menempel di HP yang berada tangannya. Ternyata itu memang flash drive! Saya baru tahu ada flash drive yang memiliki fitur tambahan agar ia dapat diakses di HP.
Saat itu, teman saya menggunakan SanDisk Ultra Dual Drive m3.0. Tempat penyimpanan yang satu ini sangat kompatibel digunakan pada HP Android. Tenyata, untuk iPhone sendiri, SanDisk juga memberikan fasilitas yang sama, yaitu tempat penyimpanan yang disebut dengan SanDisk iXpand Base.
Karena saya adalah pengguna Android, maka saya menggunakan SanDisk Ultra Dual Drive m3.0. Saya mendapat banyak keuntungan dengan menggunakan tempat penyimpanan yang satu ini.
Selain tidak perlu khawatir dengan istilah e-mail eror atau file tidak bisa dibuka karena tidak ada jaringan internet, harga SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 juga sangat terjangkau, lho! Waktu itu saya membelinya di sebuah toko online dengan harga Rp150.000. Harga ini sebanding dengan fasilitas yang kita dapatkan.
Dengan SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 seharga Rp150.000 tersebut, saya sudah memiliki ruang penyimpanan file sebesar 32 GB, sehingga saya bisa menyimpan beberapa film favorit saya sekaligus. Selain itu, flash drive yang satu ini lebih kebal terhadap virus dibanding flash drive lain. Jadi tidak perlu khawatir jika laptopmu terkena virus dari komputer lain.
Dengan rancangan yang berbeda dari flash drive biasa, SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 dapat bekerja lebih mudah dan cepat untuk berbagi file dari HP ke komputer, atau sebaliknya. Sekarang, saya bisa melihat-lihat gambar, video, dan mendengarkan musik di HP kapanpun dan dimanapun tanpa perlu khawatir memori HP terlalu penuh.
Yang terpenting, saya bisa membaca bahan presentasi kuliah di HP sehingga tidak perlu repot-repot membuka laptop untuk membaca materi-materi tersebut. Jangan khawatir karena SanDisk solusi penyimpanan file yang dapat mengatasi kegalauan setiap mahasiswa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI