Mohon tunggu...
Hutri Cika Berutu
Hutri Cika Berutu Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada 2015

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

New Media at the New Era : Wajah Baru Jurnalisme sebagai Media

24 Oktober 2015   07:53 Diperbarui: 24 Oktober 2015   07:53 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata “New Media”, yang ada dalam pikiran kita adalah sesuatu yang berhubungan dengan teknologi. Tentunya penyajian new media atau media baru ini berbeda dengan media-media sebelumnya. Contoh ‘makhluk’ yang mempresentasikan ikon new era ini adalah internet, media yang kini paling banyak digunakan masyarakat dunia khususnya Indonesia. Kehadiran media baru ini tentu tidak lepas dari kegiatan yang disebut dengan jurnalisme. Masyarakat yang dulunya sangat dekat dengan jurnalisme cetak dan penyiaran, kini telah membuat sedikit jarak karena lahirnya media baru yang lebih praktis, yaitu jurnalisme online.

New Media dapat disimpulkan sebagai istilah yang menggambarkan suatu bentuk teknologi yang menandai datangnya sebuah era yang dikenal dengan era digital, seperti yang telah disebutkan di atas, contohnya adalah internet. Media-media seperti televisi, film, majalah, buku, surat kabar, dan jenis media cetak lain tidak termasuk media baru.

Berbeda dengan media konvensional yang hanya dicetak atau disiarkan, media baru ini memberikan informasi yang disajikan selama 24 jam secara online dengan berita-berita yang diperbaharui setiap menit. Walaupun keakuratannya masih perlu ditinjau ulang, masyarakat tetap menikmati sajian yang diberikan oleh media baru ini. Karena selain informasi yang bisa diperoleh lebih cepat dengan informasi yang lebih beragam, media baru ini juga dinilai lebih praktis karena bisa diakses kapan dan di mana saja selagi ada jaringan, sehingga cocok untuk masyarakat sekarang yang sibuk dengan banyak aktivitas. Hal ini membuat jumlah pengguna internet mengalami kenaikan lebih cepat dibanding jumlah pengguna media konvensional.

Indonesia merupakan salah satu negara pengguna internete terbesar di kawasan Asia Tenggara. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyatakan bahwa pengguna Internet di Indonesia sudah mencapai 88,1 juta pada tahun 2014. Artinya pengguna internet di Indonesia sudah melampaui sepertiga penduduk total Indonesia.

Era penyajian berita online tersebut tentu erat kaitannya dengan perkembangan jurnalisme (atau yang dulu dikenal dengan "publisistik") di Indonesia saat ini. Jurnalisme (berasal dari kata journal) mempunyai arti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. (Wikipedia, 2015).

Jurnalisme Indonesia tidak lepas dari pengaruh sejarah jurnalisme yang ada di negara-negara Eropa. Pada tahun 1432, Johann Gutenberg telah menciptakan mesin cetak dan mencetak secara berkala sebuah media yang dinamakan Mercurius Gallobelgicus, pertama muncul di Cologne, Jerman. Sampai akhirnya, penemuan ini meluas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Jurnalisme juga sering diidentikkan dengan pers. Di Indonesia, pers mulai dikenal pada abad 18, tepatnya pada 1744. Sejarah jurnalisme pers pada abad 20 yang ditandai dengan munculnya surat kabar pertama milik Bangsa Indonesia, “Medan Prijaji” yang terbit di Bandung.

Jurnaslisme mengalami perkembangan pesat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia di mana muncul surat kabar baru. Pada saat itu, pers mengalami masa puncaknya. Namun, pada masa orde baru, banyak surat kabar dibredel karena ‘membocorkan’ berita-berita kenegaraan. Sejak saat itu, pemerintah membuat peraturan agar setiap surat kabar memiliki Surat Ijin Terbit (SIT). Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa surat kabar seperti Tempo dan Republika mulai membuka portal berita dalam bentuk yang berbeda setelah Indonesia mengenal internet. Inilah yang menjadi tonggak awal adanya jurnalisme baru atau jurnalisme online di Indonesia.

Jurnalisme di Indonesia kini mengalami perkembangan yang signifikan. Sajiannya pun sudah sangat luas. Tidak hanya memberikan informasi-informasi tentang pemerintahan, tetapi juga menyuguhkan berita-berita tentang politik, hiburan, gaya hidup, dan sebagainya. Namun, keberadaan jurnalisme atau media online yang dapat menyajikan berita dengan praktis dan cepat tanpa mengenal batas ruang dan waktu inilah yang dikhawatirkan akan mampu ’membunuh’ keberadaan media konvensional, terutama media cetak. Yang jelas adalah media cetak harus memperbaharui dan menyegarkan diri, melakukan adaptasi (Oetama, 2001 : 19).

Besarnya pengaruh internet dalam perkembangan jurnalisme baru saat ini, membuat penulis buku “The Venishing Paper” bernama Prof. Philip Meyer memprediksi bahwa pada tahun 2040, orang akan menyaksikan koran terakhir yang diterbitkan. Jadi, tidak dapat dipungkiri lagi, internet sebagai media baru memang memiliki kekuatan dan pengaruh besar dalam dunia jurnalisme.

Daftar Pustaka          :

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun