Selamat malam, Indonesia.
Hari ini, aku ingin berbagi sebuah inspirasi yang telah melintas dimalam ini, ditemani secangkir teh hangat yang  baru aku bikin tadi dan hujan gerimis yang turut menyertai.
Seruput pertama teh hijau aku nikmati, rasanya panas sekali, ingin aku mencoba lagi, sayang mulutku tak tahan oleh panasnya teh ini.
Dan, aku mulai merasa tubuh ini hangat, teh ini mampu melepas penat, walau memang sedikit terasa sengat, di bibir merah yang berwarna pekat.
Aku mulai menulis, kata selamat memimpin tulisanku yang manis, iya manis, kata orang humoris.
Lalu dalam tulisku aku mulai mengoceh, berkata hari ini aku punya inspirasi anti receh, dan kuberi pada Indonesia dari Papua hingga ke Aceh, dan bila bertanya boleh dibagi? boleh.
Dan pada paragraf lima aku kehilangan kata, seolah kata paksa merasuki jiwa, ia datang dan berbisik, karyamu tidak ada apa apa.
Terlintas aku ingin berhenti, segala tulisan ini ingin aku akhiri, aku ingin hapus semua dan mengurung diri, menahan segala aspirasi yang telah lama terkumpul dalam hati.
Inikah yang dialami sebagian penulis? mengapa harus berhenti menulis? tulis saja walaupun tulisanmu tak eksotis, setidaknya kamu bangga telah menjadi penulis.
Sekian intermeso dariku kali ini, salam hangat.
Om Koo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H