Pada 26 Agustus 2024 - 6 Desember 2024, saya berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan Asistensi Mengajar (AM) sebagai bagian dari program Kampus Merdeka. Program ini memberikan pengalaman berharga sekaligus menjadi wadah untuk mengasah berbagai keterampilan, baik akademik maupun nonakademik. Selama tiga setengah bulan, saya mengabdikan diri di SMP Negeri 27 Malang, sebuah sekolah yang terpilih sebagai salah satu sekolah mitra untuk kegiatan ini. SMP Negeri 27 Malang merupakan sekolah menengah pertama yang memiliki komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, sekolah ini terletak di kawasan strategis Kota Malang, tepatnya di Jl. Lesanpuro Gg XII No. 48, Lesanpuro, Kec. Kedungkandang, Kota Malang, Prov. Jawa Timur.
Observasi Awal dan Pengembangan Pembelajaran
Kegiatan pertama yang saya lakukan adalah observasi terhadap lingkungan sekolah dan proses pembelajaran di kelas. Kegiatan ini sangat penting untuk memahami karakteristik siswa dan metode pembelajaran yang diterapkan. Melalui observasi, saya dapat melihat bagaimana interaksi antara guru dan siswa berlangsung, serta bagaimana suasana kelas yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Observasi ini memberi saya gambaran tentang kebutuhan siswa, yang kemudian menjadi dasar dalam merancang perangkat pembelajaran yang lebih efektif.
Sebagai bagian dari tim yang bertanggung jawab di kelas 7 dan 8, saya terlibat langsung dalam pembuatan modul ajar, LKPD, dan media pembelajaran. Pembelajaran yang saya rancang bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada konsep-konsep ilmiah dengan cara yang mudah dipahami, salah satunya melalui praktiku atau dengan penggunaan media pembelajaran berbasis digital, seperti PhET Simulation, juga mempermudah siswa untuk memahami materi dengan cara yang lebih interaktif.
Pembelajaran Inovatif dan Asesmen
Melalui kegiatan ini, siswa tampak antusias dan bersemangat. Mereka bekerja sama dalam kelompok, berdiskusi, dan saling berbagi tugas untuk menyelesaikan proyek. Selain itu, siswa juga belajar menggunakan termometer untuk mengukur suhu selama proses pembuatan es krim, sehingga mereka memahami bagaimana suhu memengaruhi perubahan wujud zat. Momen ini menjadi pengalaman bermakna karena siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kerja sama tim. Bagi saya, melihat siswa memahami konsep secara langsung melalui pengalaman praktis adalah hal yang sangat memuaskan.
Di kelas 8, saya juga menerapkan Project Based Learning (PjBL) pada materi sistem pernapasan, dimana siswa membuat alat peraga untuk menggambarkan cara kerja sistem pernapasan. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa merancang dan membuat model seperti balon untuk paru-paru dan selang untuk trakea. Pendekatan ini membantu siswa memahami konsep secara praktis, mengembangkan keterampilan kolaborasi, dan memecahkan masalah, sambil memperdalam pemahaman tentang sistem pernapasan.