childfree yang berarti tidak memiliki anak, hal ini banyak dibicarakan di masyarakat khususnya dikalangan generasi Z pada perempuan, karena hal ini sering dianggap relate dengan mereka. Namun, apakah dampak childfree berpengaruh pada kesehatan jangka panjang? Berbagai alasan, mulai dari keinginan untuk fokus pengembangan diri, kebebasan waktu, fokus pendidikan, hingga alasan keluarga dan masalah ekonomi seringkali menjadi pendorong utama keputusan ini. Namun, dibalik semua keputusan tersebut, muncul berbagai pertanyaan mengenai dampaknya terhadap kesehatan dalam waktu jangka panjang.
     Pada akhir-akhir ini lagi tren di media sosial tentang keputusan untuk memilih     Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia telah mengeluarkan laporan terbaru mengenai fenomena childfree di kalangan perempuan untuk tahun 2023. Survei menunjukkan bahwa ada sekitar 71 ribu perempuan berusia antara 15 - 49 tahun yang tidak ingin memiliki anak. Fenomena childfree ini menunjukkan peningkatan yang signifikan selama 4 tahun terakhir. Sebelumya, angka tersebut mengalami penurunan pada awal pandemi COVID-19, dengan prevalensi berada di kisaran 6,3 - 6,5. Namun, setelah pandemi, tren ini kembali mengalami peningkatan. Fenomena childfree kini semakin dikenal di Indonesia dan menjadi bahasan yang menunjukkan perubahan pandangan terhadap kehidupan berkeluarga. Banyak individu dan pasangan muda yang memilih untuk tidak memiliki anak, dan keputusan ini semakin diterima masyarakat saat ini.Â
     Keputusan untuk menjadi childfree pernah dianggap tabu, namun seiring dengan perkembangan zaman banyak orang yang memahami bahwa kebahagiaan tidak selalu dimaknai melalui kehadiran anak. Banyak dari mereka khususnya di kalangan perempuan mereka merasa bahwa perjalanan hidup dan pencapaian di bidang karier atau kegiatan sosial mampu memberikan kepuasan tersendiri tanpa harus terikat tanggung jawab membesarkan anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan ini. Salah satu alasan utama adalah aspek ekonomi, mendorong pasangan untuk berpikir matang soal biaya membesarkan anak. Selain itu, ketidakpastian masa depan turut memiliki pengaruh signifikan, ditambah dengan keinginan untuk lebih fokus pada pengembangan diri serta karier di dunia kerja.
     Dalam konteks ini,  childfree merujuk pada individu atau pasangan yang memilih untuk tidak pernah memiliki anak, baik secara biologis maupun adopsi. Pilihan ini bukan karena masalah kesehatan atau tingginya masalah fertilitas, melainkan sebuah keputusan hidup yang diambil dengan pertimbangan yang matang. Childfree menjadi tren yang sedang meningkat di Eropa hingga menyebar ke Indonesia. Istilah childfree mulai trend di awal tahun 2020 setelah beberapa publik figur memutuskan untuk tidak memiliki anak (childfree). Walaupun istilah ini baru populer, namun telah dipraktekkan jauh sebelum abad ke-20. Pengertian childfree sebagaimana disebutkan dalam Oxford Dictionary adalah suatu istilah yang digunakan untuk menekankan kondisi tidak memiliki anak karena pilihan. Sedangkan, Cambridge Dictionary juga mendefinisikan hal yang sama. Topik childfree sedang menjadi tren di media sosial. Padahal istilah pertama kali menggunakan kata childfree atau childless dalam sebuah publikasi Jurnal Marriage & Family Review. Kata tersebut digunakan untuk menyebut orang tua yang belum memiliki anak (mengalami kemandulan) atau orang tua yang enggan memiliki anak.Â
Dari segi aspek psikologi dampak childfree dapat dibedakan menjadi beberapa kategori positif dan negatif antara lain :Â
Dampak PositifÂ
1. Menurunkan pertumbuhan populasi, yang bisa mengurangi beban terhadap sumber daya alam dan lingkungan.Â
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya pengangguran dan tingkat kepadatan penduduk.Â
3. Mengurangi tekanan finansial pada individu, yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan.
4. Menurunkan angka kematian anak dengan adanya kesiapan untuk memiliki anak.
Dampak NegatifÂ