BANYUWANGI-Sudah setahun lebih sejak kasus pertama Covid-19 tercatat di Indonesia. Namun, hingga kini masih belum dapat diprediksi dengan pasti kapan pandemi virus corona ini akan berakhir. Bahkan, kasus positif yang sempat menurun beberapa waktu lalu pun, kini kembali meningkat terutama pasca libur lebaran. Segala kebijakan dan peraturan telah ditetapkan guna menurunkan angka penderita Covid-19 dan mempersempit klaster penyebarannya. Mulai dari penerapan protokol kesehatan, menjaga jarak dan mengurangi kontak dengan orang lain, work from home hingga study from home. Hal ini membuktikan bahwa pandemi benar-benar mengubah dunia secara global dalam berbagai aspeknya. Tidak hanya aspek kesehatan, melainkan juga aspek ekonomi, sosial, hingga pendidikan.
Jika membicarakan aspek pendidikan yang terdampak pandemi, pasti sudah banyak dari kita yang tak asing lagi dengan kebijakan pembelajaran daring. Tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataannya pembelajaran daring belum efektif bagi sebagian pihak. Mulai dari kondisi perekonomian yang kurang stabil sehingga tidak setiap siswa/peserta didik memiliki smartphone atau mampu membeli paket internet, wilayah terpencil yang menjadikan siswa berkutat dengan permasalahan jaringan, dan sebagainya.
Pendidikan formal memang kebanyakan masih menerapkan kebijakan pembelajaran daring, tapi pernahkah anda bertanya-tanya atau penasaran bagaimana dengan pembelajaran yang bersifat non-formal, misalnya pembelajaran di Taman Pendidikan Qur'an?
Saya pribadi merasa beruntung karena tinggal di lingkungan yang cukup agamis, di mana masyarakatnya menyeimbangkan antara pendidikan formal dengan pembelajaran agama. Ramadhan tahun ini sangat berkesan karena saya diberi kesempatan untuk turut berkontribusi acara Pondok Kilat para santri pasca wisuda di Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) Baitussalam yang letaknya tidak jauh dari rumah saya. Tepatnya berada di Dusun Sumberkepuh, Desa Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur. Lembaga ini telah berhasil meluluskan wisudawan/wisudawati sebanyak 14 angkatan. Berada di sana membuat saya sedikit bernostalgia, mengingat masa-masa yang pernah saya habiskan selama masih menjadi santriwati di sana. Namun, hal itu kemudian digantikan oleh kekaguman saya yang tiada henti-hentinya melihat anak-anak dengan usia belia itu sudah mengetahui banyak hal tentang agama dan Al-Qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H