Mohon tunggu...
Husnul Hotimah
Husnul Hotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tokoh-tokoh yang Ada pada Aliran Kognitivisme

8 Juni 2024   12:20 Diperbarui: 8 Juni 2024   13:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Rusman, Ausubel memisahkan pembelajaran menjadi dua jenis: pembelajaran yang memiliki makna dan pembelajaran berbasis hafalan. Pembelajaran yang memiliki makna melibatkan mengaitkan informasi baru dengan pemahaman yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu, pembelajaran berbasis hafalan terjadi ketika seseorang mempelajari informasi baru tanpa
menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya dan hanya bergantung pada kemampuan hafalan.

Ausubel menyoroti bahwa siswa dapat belajar dengan efektif jika materi pelajaran dijelaskan dengan jelas dan disajikan melalui Advanced Organizer. Advanced Organizer merupakan sebuah ide atau informasi awal yang merangkum inti dari materi yang akan dipelajari. Manfaat dari penggunaan Advanced Organizer meliputi penyediaan kerangka konseptual, menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan konten berikutnya, serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi tersebut.

Untuk menjadi pengajar yang efektif, penting bagi guru untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang materi pembelajaran. Ini memungkinkan mereka mengidentifikasi konsep-konsep yang kompleks dan umum yang akan diajarkan secara inklusif kepada siswa. Selain itu, guru juga perlu memiliki kemampuan berpikir logis yang kuat agar dapat menyusun materi pembelajaran
secara singkat dan dengan struktur yang mudah dipahami oleh siswa.

4. Menurut Aliran Kognitivisme Jeromde S. Brunner

Jerome Seymour Bruner, seorang ahli psikologi yang dikenal dengan kontribusinya pada teori belajar kognitif, merupakan tokoh utama dalam peralihan dari teori behaviorisme. Ia lahir pada 1 Oktober 1915 di New York, Amerika, dan meraih gelar MA pada tahun 1939 serta gelar Ph.D pada tahun 1941 dari Harvard University. Karya terkenalnya, "A Study in Thinking," menjadi landasan awal bagi perkembangan kognitivisme. Bruner memainkan peran penting dalam revolusi kognitivisme dan memiliki dampak yang signifikan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran.

Bruner, seorang ahli dalam bidang psikologi kognitif dan perkembangan, telah melakukan studi yang mendalam tentang persepsi,
berpikir, pembelajaran, dan motivasi manusia. Menurutnya, manusia adalah aktor aktif dalam proses memproses dan menciptakan informasi, dengan fokus pada penggunaan informasi tersebut dalam menggapai pemahaman yang substansial.

Pandangan Bruner mengenai pembelajaran sebagai proses perkembangan kognitif didasarkan pada dua asumsi utama. Pertama,
pengetahuan dipahami melalui interaksi aktif antara individu dan lingkungannya, yang memicu perubahan pada keduanya. Kedua, individu meningkatkan pengetahuannya dengan mengaitkan informasi baru dengan yang sudah dimilikinya sebelumnya, membentuk struktur pengetahuan yang bermakna.

Bagi Bruner, pembelajaran merupakan kinerja internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Dia mengidentifikasi tiga proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran: penerimaan informasi baru, transformasi informasi, dan evaluasi terhadap relevansi dan akurasi pengetahuan. Penerimaan informasi baru bisa melalui berbagai aktivitas seperti membaca, mendengarkan penjelasan, atau menonton materi audiovisual. Transformasi informasi melibatkan pemahaman, analisis, dan restrukturisasi pengetahuan baru. Evaluasi relevansi dan akurasi dilakukan sebagai alat dalam mengetahui pengetahuan yang didapat mampu diterapkan untuk memahami fenomena yang berbeda ataukah tidak.

Empat aspek penting dalam pendidikan untuk memfasilitasi pemahaman siswa yang lebih baik adalah pengorganisasian pengetahuan, kesiapan belajar, nilai intuisi, dan motivasi. Pengetahuan harus diatur dengan baik untuk mengaitkan informasi yang diterima dengan fakta-fakta yang sudah ada. Kemampuan belajar juga memerlukan penguasaan keterampilan yang lebih tinggi. Intuisi yang baik bisa membantu dalam menyusun gagasan-gagasan secara sementara tanpa analisis yang mendalam, sementara motivasi internal sangat penting dalam mendorong pencapaian tujuan. Dalam konteks pembelajaran, struktur pengetahuan agar tidak membuat bingung dan sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif siswa, perlu diingat bahwa kemampuan belajar mereka dipengaruhi oleh pengalaman yang telah mereka alami, dan kedewasaan psikologis mereka. Pendekatan pembelajaran yang efektif
mencakup penggunaan intuisi untuk memahami konsep, diikuti dengan motivasi yang sesuai dengan tahap perkembangan individu.

Teori kognitif Bruner merupakan evolusi dari pemikiran Jean Piaget dengan penekanan lebih besar pada eksplorasi potensi individu. Ini memunculkan ide belajar melalui penemuan, di mana siswa secara aktif mencari solusi melalui tiga tahap perkembangan kognitif yang terintegrasi, yang pada akhirnya menghasilkan pemahaman yang bermakna. Konsep ini sejalan dengan pandangan Buto (2010) mengenai discovery learning sebagai proses di mana siswa mengembangkan pemahaman makna, konsep, dan hubungan melalui intuisi, dengan hasil kesimpulan yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif mereka. Selanjutnya, Ekawati (2019)
merekomendasikan agar siswa mengambil peran sebagai ilmuwan, penyelesaian masalah, sejarawan, atau ahli matematika, guna menemukan konsep dan makna, kemudian menjelaskannya dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun