Kognisi, yang berasal dari "cognition," merujuk pada proses pengetahuan, mencakup perolehan, organisasi, dan analisis dalam Teori
Perkembangan Kognitif Piaget yang populer dalam psikologi manusia. Teori ini melibatkan aktivitas mental seperti pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesadaran, keyakinan, serta keterkaitannya dengan otak dan aspek emosional.
Teori Piaget menjelaskan cara anak-anak memahami objek dan peristiwa sekitar, termasuk pembelajaran tentang fungsi objek dan sosial, pengelompokkan objek untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan, serta pemahaman tentang perubahan dan kemampuan membuat perkiraan.
Penting bagi pendidik untuk menyesuaikan pembelajaran dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik, memfasilitasi interaksi aktif dengan lingkungan, dan mendorong eksplorasi serta penemuan, dengan peran pendidik sangat vital dalam proses tersebut.
Piaget mengamati bahwa anak-anak menunjukkan pola teratur dalam gerakan mereka (skema) dan membangun kemampuan kognitif untuk beradaptasi dengan lingkungan melalui proses akomodasi. Dua sistem internal yang diatur oleh anak-anak memiliki dua faktor yang penting. Pertama, skema terkait dengan pola perilaku teratur yang diamati oleh individu, yang berkembang dari perilaku sederhana hingga kompleks. Contohnya termasuk skema seperti menggenggam, menyedot, merangkak, mengisap jari, dan melihat. Kedua, Adaptasi merupakan proses penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri dari dua langkah, yakni asimilasi dan akomodasi.
Bagian awal yakni asimilasi, asimilasi merujuk pada kecenderungan individu untuk mengubah lingkungan mereka agar cocok dengan keadaan diri atau untuk mengubah dunia luar agar mirip dengan diri mereka. Proses asimilasi melibatkan pengambilan dari lingkungan dan penyesuaian dengan struktur yang ada, seperti ketika manusia mengubah makanan menjadi nutrisi yang bisa
diserap tubuh, menjadikan makanan sebagai bagian dari diri mereka. Dengan kata lain, asimilasi adalah kemampuan individu untuk mengubah objek yang mereka hadapi agar sesuai dengan pola pikir mereka.
Kemudian setelahnya beralih ke akomodasi, akomodasi mengacu pada kecenderungan individu untuk mengubah diri mereka agar membaur dengan lingkungan atau memodifikasi diri mereka agar lebih membaur dengan lingkungan. Contohnya adalah saat tubuh menghasilkan cairan lambung dan melakukan kontraksi lambung untuk mencerna makanan secara otomatis. Ini menunjukkan kemampuan individu untuk beradaptasi dengan objek di luar diri mereka.
Melalui proses penyesuaian tersebut, sistem kognitif seseorang mengalami perubahan dan perkembangan, memungkinkannya untuk improve dari satu tahap ke tahap berikutnya. Individu melakukan proses penyesuaian ini karena mereka ingin mencapai keseimbangan, di mana struktur kognitif mereka sejajar dengan pengalaman lingkungan mereka. Mereka berupaya untuk
menjaga keseimbangan ini dengan menggunakan kedua proses penyesuaian tersebut secara aktif. Oleh karena itu, perkembangan kognitif seseorang tidak hanya disebabkan oleh penerimaan pengetahuan dari luar secara pasif, tetapi juga melalui konstruksi aktif dari pengetahuan tersebut oleh individu. Hubungan antara asimilasi dan akomodasi bersifat saling melengkapi, dan dalam setiap perilaku individu, terdapat elemen dari kedua proses tersebut. Penting untuk menjaga keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi dalam konteks ini.
3. Menurut Aliran Kognitivisme Ausubel
David Paul Ausubel, seorang psikolog Amerika, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan psikologi pendidikan, ilmu kognitif, dan pendidikan sains. Dia meyakini bahwa pemahaman terhadap konsep, prinsip, dan gagasan dapat diperoleh melalui proses berpikir dan penalaran, bukan hanya melalui menghafal secara mekanis. Ia sangat menekankan pembelajaran yang bermakna, di mana siswa aktif terlibat dalam menjembatani informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Ausubel menganggap bahwa faktor terpenting yang memengaruhi pembelajaran adalah pengetahuan sebelumnya yang dimiliki siswa. Ini mendorongnya untuk mengembangkan teori pembelajaran yang menekankan bahwa sangat penting untuk menjembatani informasi baru dengan konsep yang telah ada dalam pikiran seseorang untuk memperkuat kerangka kognitifnya.
Struktur kognitif ini mencakup pengetahuan yang telah ditekuni dan ditangkap melalui stimulus oleh siswa, termasuk fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi.
Menurut Ausubel, pembelajaran yang bermakna dipengaruhi oleh aspek-aspek kunci seperti struktur kognitif individu, kestabilan, dan keahlian seseorang dalam mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dapat sangat memengaruhi tingkat pemahaman dalam suatu bidang studi. Selama proses belajar, orang secara aktif membentuk hubungan antara
pengalaman, fenomena, dan fakta baru dengan pengetahuan yang telah ada dalam pikiran mereka sebelumnya.
Esensinya, teori Ausubel tentang pembelajaran menegaskan pentingnya pembelajaran yang bermakna, yaitu menggabungkan informasi baru dengan konsep-konsep yang telah termanifestasi dalam kerangka kognitif individu. Inti dari teori ini adalah bahwa pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh siswa sangat memengaruhi proses belajar. Oleh karena itu, demi menggapai pembelajaran yang bermakna, konsep-konsep baru harus dipertautkan dengan pengetahuan yang telah termanifestasi dalam kerangka kognitif siswa.