Mohon tunggu...
Husnul Aini
Husnul Aini Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Belajar kehidupan lewat kata

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perjalanan Panjang nan Menyenangkan Bersama Bank Syariah

4 Juni 2017   20:39 Diperbarui: 4 Juni 2017   21:20 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bank Muamalat, Bank Syariah Pertama Saya

Perkenalan saya dengan Bank Syariah sebenarnya bisa dikatakan sudah cukup lama, sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu, saya masih duduk di bangku sekolah. Ada sebuah iklan di televisi yang menyebutkan kata Muamalat. Tapi saya tidak ambil pusing karena saya tidak mengerti pesan dari iklan itu. Yang saya tahu penggunanya merasa lebih tentram setelah menggunakannya.

Selang beberapa bulan kemudian, saya mendengar seorang kawan menyebut lagi Muamalat dan sesuatu yang berkaitan dengan pos. Lagi-lagi saya tidak ambil pusing. Sebab pembicaraan tersebut tidak ditujukan kepada saya. Beberapa waktu setelah itu, ada teman yang menawarkan saya untuk membuka rekening tabungan di sana. Tetapi saya menolak, karena merasa tidak butuh.

Lima tahun kemudian, saya memutuskan untuk serius menabung. Di samping sudah memiliki penghasilan tetap, banyak tujuan yang ingin saya capai kala itu. Saya memutuskan untuk membuka rekening baru di bank yang berbeda dengan bank yang biasa saya gunakan untuk keperluan kuliah. Alasannya sederhana saja. Pertama, setiap ke bank yang lama, antriannya seringkali sangat panjang. Saya pernah mengantri dari jam 1 siang dan baru dapat giliran jam 4 sore. Itu pun mengantri dengan berdiri. Bisa dibayangkan betapa lelahnya saya menunggu hanya untuk menabung.

Kedua, saya memerlukan bank yang memiliki jumlah mesin atm sedikit. Apa pasal? Tujuan saya adalah menabung, artinya uang itu tidak ingin saya gunakan secara bebas tetapi bisa saya ambil sewaktu-waktu jika diperlukan. Jika saya menggunakan bank yang mesin atm-nya berkeliaran dimana-mana, saya punya kecenderungan ingin menarik uang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu saya butuhkan.

Ketiga, saya ingin menabung di bank yang letaknya melewati rute tempat kerja saya. Begitu terima gaji, saya bisa setor sepulang kerja. Selain hemat bensin, saya juga tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih dengan memutar kendaraan. Alasan ketiga ini memang agak terdengar “malas”. Tapi itulah saya, introvert yang terkadang banyak pertimbangan. Ketika banyak hal ingin diwujudkan dan sumber dana terbatas maka satu-satunya hal yang terpikir adalah melakukan penghematan bukan?

Maka, pilihan saya jatuh pada bank Muamalat. Di sinilah saya kemudian benar-benar mengenal Muamalat sebagai sebuah bank dengan prinsip Syariah. Setelah membuka rekening di bank ini barulah saya mengerti pesan dari iklan yang pernah saya tonton dan kenapa dulu teman saya meminta saya membuka tabungan di sini. Dalam agama saya, keberkahan itu penting. Bank Muamalat memiliki prinsip yang sesuai dengan tuntunan agama. Diharapkan, harta akan semakin berkah dan bisa menentramkan pemiliknya jika sesuatu dijalankan sesuai dengan tuntunan tersebut.

Murah, Aman dan Canggih

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, banyak hal yang ingin saya wujudkan tetapi sumber dana terbatas. Maka saya memikirkan cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Yang terpikir waktu itu adalah berjualan online.

Saat transaksi, saya selalu memberikan nomor rekening Bank Muamalat saya. Tetapi, banyak pembeli yang menanyakan nomor rekening bank yang lain. Saya bisa memahami alasan mereka, biaya transfer antar bank menjadi selisih harga yang berarti. Kalau saya memberikan harga yang lebih murah sepuluh ribu misalnya tetapi mereka harus dikenakan biaya tambahan transfer, apa bedanya dengan lapak sebelah?. Tidak ingin mengecewakan pelanggan, saya memberikan nomor rekening bank saudara.

Dari sini lantas saya berpikir, harusnya saya tidak boleh punya rekening tunggal demi pelayanan yang memuaskan. Maka, saya memutuskan untuk membuka rekening baru di BNI Syariah. Kok di sana? Kenapa tidak di tempat lain?. Alasan saya masih sama dengan sebelumnya tetapi kali ini dengan pertimbangan lebih. Di BNI syariah, potongan administrasi per bulannya ringan, waktu itu hanya Rp.5.000 saja. Mesin ATMnya juga ada di sekitar tempat tinggal saya, lebih cepat kalau mau transaksi karena tujuan kali ini untuk bisnis.

Waktu mendaftar, saya sekalian mengaktifkan internet banking. Mobile banking waktu itu belum ada. Kalau pakai sms banking, potong pulsa, kan lumayan, hehe. Seingat saya waktu itu tidak ada biaya yang dikenakan untuk internet banking, hanya keluar biaya alat (token). Biaya-biaya lain termasuk pemeliharaan atm juga gratis. Layanan transaksi bisa dilakukan di seluruh jaringan BNI, jadi lebih fleksibel. Nah, selama menggunakan internet banking ini, saya tidak pernah kehilangan uang atau kecolongan. Semua transaksi berjalan dengan lancar.

Kalau sekarang sih sudah migrasi pakai mobile banking. Lebih sederhana, hemat kuota, pemakaiannya juga lebih mudah. Fitur yang ditawarkan juga lengkap. Kalau kata iklan, kini semua dalam genggaman. Ya karena memang begitulah adanya. Saya juga tidak was-was, karena bank Syariah ada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan seperti bank pada umumnya.

Transparan

Setelah membaca sebuah buku tentang perencanaan keuangan, saya sadar untuk mewujudkan keinginan saya tidaklah cukup dengan berbisnis, saya juga harus investasi di tempat lain. Salah satu jenis investasi yang saya pilih adalah deposito.

Memang, deposito bukan jenis investasi yang agresif. Imbal hasil yang diperoleh pun bisa dikatakan kecil. Alasan saya memilihnya lebih karena agar uang tersebut untuk saat itu tidak terpakai. Tabungan bebas saya ambil kapan saja, tetapi untuk deposito tidak bisa. Kala itu, saya ingin menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan saya di tahun berikutnya. Pilihan saya jatuh pada deposito di bank Muamalat.

Hal lain yang menjadi pertimbangan dan yang saya sukai dari bank syariah adalah saya bisa memperkirakan kisaran bagi hasil yang akan saya peroleh. Di situsnya, mereka menyediakan bagaimana cara menghitung bagi hasil yang akan kita dapatkan. Tiap tahun, mereka menyediakan laporan yang bisa kita cek sendiri.

Bank Muamalat, Bank Syariah Pertama Saya
Bank Muamalat, Bank Syariah Pertama Saya
Menabung Tanpa Ada Potongan Sepeser pun

Setelah empat tahun menggandeng bank Syariah sebagai partner saya dalam hal keuangan, beberapa pekan yang lalu, saya membuka lagi dua rekening di BNI Syariah. Mungkin teman-teman heran, kenapa saya membuka banyak rekening hanya untuk menyimpan uang?. Katanya mau irit, ini malah buang-buang duit, biaya administrasi malah jadi bukit. Hehe

Pembukaan rekening tabungan kali ini bukan untuk menyimpan uang pribadi saya. Tapi menyimpan uang suami dan ibu saya. Lha, kenapa tidak pakai rekening tabungan sendiri? Mungkin pertanyaan ini terlintas di benak teman-teman. Sini saya ceritakan kronologisnya.

Mulai tahun ini suami saya melanjutkan kuliah ke negeri seberang. Beasiswa yang diperoleh cukup besar bagi kami. Setiap bulan, selain menyisihkan uang belanja, suami saya juga mengirimkan uang tabungan untuk masa depan. Suami meminta saya membuka rekening khusus untuk dana ini di bank BNI. Karena menurutnya, sistem mobile banking bank tersebut bagus dan teman-temannya di sana banyak yang pakai. Tentu saja, sebagai istri yang baik saya nurut kata suami, apalagi diberi uang, istri mana sih yang bisa nolak? Hehe.

Saya bilang mau buka di BNI Syariah karena sudah merasa nyaman dengan bank ini. Suami pun mengiyakan. Itu satu rekening baru, satunya lagi untuk ibu. Kalau ini alasannya sederhana, ibu saya bukan tipe ibu-ibu metropolitan yang melek teknologi. Beliau tidak mau repot. Mulai bulan itu, uang beliau dipercayakan pada saya. Supaya uang itu tidak bercampur dengan tabungan pribadi, maka saya putuskan juga untuk membuatkan rekening khusus.

Begitu tatap muka dengan Customer Service yang cantik, mbak itu menawarkan dua pilihan. Yang kena biaya administrasi tapi ada bagi hasil, satunya lagi tidak ada biaya administrasi atau potongan tapi tidak ada bagi hasil. Sejenak saya bingung mau pilih yang mana. Kemudian saya teringat kalau ibu pernah mengeluh uangnya kena potongan seratus ribu lebih per tahun di tabungan lama. Beliau pikir uangnya bertambah, ini kok malah berkurang, hehe. Jadi, saya putuskan untuk memilih yang kedua.

Saya juga baru tahu dengan jenis tabungan ini, padahal sudah lama kenal dengan bank syariah. Saya tidak pernah berpikir untuk mencari jenis-jenis tabungan yang ada. Yang saya tahu ya cuma menabung dan bank mengenakan biaya administrasi per bulan. Makanya, ketika CS mengajukan pilihan saya sempat bingung sekaligus senang karena artinya uang kami tidak akan berkurang. Saya sempat kesal juga sih sebenarnya, kenapa tidak tahu dari dulu ya? Kan tabungan yang nominalnya tidak seberapa bisa utuh kalau pakai tabungan jenis ini.

Kedua proses pembukaan rekening berjalan cepat. Tidak butuh waktu lama untuk membawa pulang dua buku tabungan baru. Sampai di rumah, saya ceritakan sama ibu kalau mulai sekarang, uangnya akan tetap utuh, tidak akan dipotong-potong lagi. Ya kecuali, ibu sendiri yang mau debet. Bagaimana reaksi ibu saya? Tentunya senang dong. Saya juga ikut senang karena sudah bisa menyunggingkan senyum di wajah ibu. Kesenangan yang lain di hati saya adalah menunggu angka-angka tercetak di atas lembar tabungan yang satunya. Hehe

Tabungan Baru di BNI Syariah
Tabungan Baru di BNI Syariah
Demikian perjalanan panjang saya bersama Bank Syariah. Dari masa kuliah sampai menikah, saya tetap nyaman menggunakan Bank Syariah. Saya sudah terlanjur jatuh cinta dan tidak mau pindah ke lain hati, eh lain bank maksudnya. Bagaimana dengan teman-teman? Yuk berbagi.

Alasan Saya Mencintai Bank Syariah
Alasan Saya Mencintai Bank Syariah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun