Mohon tunggu...
Husnul Khatimah
Husnul Khatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Perbankan Syariah

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Tari Paduppa Suku Bugis-Makassar

5 Agustus 2022   21:56 Diperbarui: 5 Agustus 2022   21:57 3070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia bukan hanya berupa kekayaan sumber alam saja, tetapi masyarakat Indonesia juga memiliki kekayaan lain seperti kekayaan akan kebudayaan suku bangsa Indonesia yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satunya kekayaan kebudayaan di Sulawesi Selatan.

Sulawesi Selatan dengan budayanya yang sangat kental berasal dari empat etnis asli yaitu Bugis, Makassar, Toraja, dan Mamasa. Masing-masing rumpun dari suku-suku yang menghuni Sulawesi Selatan tentu mempunyai perbedaan kebudayaan masing-masing. Rumpun suku Bugis dapat dikatakan sebagai rumpun terbesar di Sulawesi Selatan, mendiami wilayah Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, Sidenreng Rappang, Barru, Pinrang, dan Pare-Pare. Sementara Pangkajene Kepulauan dan Bulukumba merupakan daerah peralihan yang juga dihuni oleh rumpun Makassar. Sulit untuk memisahkan kedua rumpun ini, maka dari itu sering disebut Bugis-Makassar.

Kebudayaan merupakan hasil karya cipta manusia. Budaya lahir dan berkembang di tengah masyarakat pendukungnya. Secara umum, kebudayaan lahir dari kesenian-kesenian lokal pada komunitas tertentu. Tak terkecuali di Sulawesi Selatan, banyak macam kesenian lokal yang hingga kini masih dapat dirasakan antara lain Mappadendang Ogi, Ma'badong, tari Pagellu, Genrang Ogi, Gandrang Bulo, upacara Mappande Banua, Suling Bulatta, upacara adat Gaukang, dan masih banyak lagi, baik upacara, tarian, maupun permainan. Dari semua kearifan lokal yang ada, inilah yang memperkaya khazanah tradisi yang melahirkan nilai-nilai sosial maupun kepercayaan yang menarik. Salah satu tradisi lokal yang yang seringkali disaksikan dalam pembukaan suatu acara ialah tarian Paduppa. Tari Paduppa sebagai tari tradisional suku Bugis-Makassar yang identik dalam penyambutan tamu memiliki sejarah, nilai-nilai kearifan lokal serta relevansinya dalam kehidupan yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini.

Secara umum seni tari adalah cabang seni yang mengungkapkan keindahan, ekspresi, hingga makna tertentu melalui media gerak tubuh yang disusun dan diperagakan sedemikian rupa untuk memberikan penampilan dan pengalaman yang menyenangkan atau menumbuhkan horison baru bagi penontonnya. Seni tari dapat dilakukan secara tunggal, berpasangan, berkelompok atau kolosal.

Seni tari adalah suatu gerakan yang berirama, dilakukan di suatu tempat dan waktu tertentu untuk mengekpresikan suatu perasaan dan menyampaikan pesan dari seseorang maupun kelompok. Seni menjadi wujud ekspresi diri dari manusia, yang sering dijadikan sarana hiburan dan pertunjukan. Sebagaimana yang di sebutkan dalam buku Cristian Pelras bahwa pada zaman dahulu para orang orang terdahulu menghibur dirinya dengan menyayi dan menari-nari walupun iya kadang menari tarian sere Maloku, namun demikian tidak ada teks secara pasti bagaimana tradisi menari ini terlebih lagi mengenai pembacaan naskah yang beriraman sebagai mana tradisi massure dalam la galigo. Ini lah merupakan buktih bahwa tari-tarian sudah ada sebelum abad ke-20. Sehingga masyarakat Bugis-Makssar khususnya, memiliki beragam jeni tari-tarian seperti misalnya tari gandrang bulo, tari pakarena, tari ma'badong, tari pa'gellu, tari kipas dan tari paduppa. Jenis tarian yang di sebut terakhir merupakan tarian asli Bugis-Makassar yang di selenggarakan untuk menyambut seorang, baik dalam pesta adat ataupun acara formal dan non formal. Tari paduppa biasanya dilakukan oleh beberapa orang dengan jumlah ganjil yang di iringi dengan musik asli tradisional Bugis-Makassar. Pertunjukan seni tari paduppa sebelumnya di sakralkan tapi seiring dengan perkembangan zaman sudah mulai di lakukan mulai dari event kecil sampai pada event nasional bahkan ditampilkan dalam pergelaran internasional.

Tari Paduppa merupakan salah satu kearifan lokal Bugis-Makassar. Tarian Paduppa adalah tarian yang sering ditampilkan untuk menyambut tamu. Biasanya disebut pula sebagai tari selamat datang dari suku Bugis. Tari Paduppa diciptakan oleh seniman bernama Andi Siti Nurhani Sapada pada tahun 1961. Awalnya tarian ini hanya ditampilkan di hadapan para raja dan tamu agung dalam suatu acara pesta adat dan perkawinan. Seiring berjalannya waktu, tari Paduppa dapat ditampilkan pada berbagai acara misalnya seperti acara-acara kepariwisataan.

Tarian ini hanya dapat dibawakan oleh wanita dari keturunan bangsawan. Namun seiring waktu, tarian ini diselenggarakan pada acara apapun, baik penyambutan tamu, khitanan, pesta pernikahan, dan kegiatan lainnya. Tari Paduppa dibawakan dengan gerakan yang khas oleh para perempuan. Terdapat gerakan menabur beras yang bermakna sebagai tanda penghormatan dan juga dipercaya sebagai penolak bala atau gangguan roh-roh halus. Selain itu, para penari juga akan menghantarkan bosara yang berisi kue-kue khas masyarakat Bugis seperti cucur, brongko, kue lapis, dan biji nangka kepada para tamu. Bosara sendiri adalah piring khas suku Bugis-Makassar. Bosara terbuat dari besi dan dilengkapi dengan penutup kain berwarna terang bernama pattongko.

Tari Paduppa juga diiringi dengan musik yang khas. Musik yang digunakan adalah musik khas Sulawesi Selatan seperti gendang Makassar, suling, kecapi, dan pui-pui. Para penari mengenakan busana adat bodo dengan hiasan lengkap seperti gelang, bando, anting, dan kalung rantai motif bunga. Baju bado merupakan salah satu busana adat paling tua di dunia. Bentuknya persegi empat dengan lengan yang pendek di atas siku-siku.

Tari paduppa merupakan bagian dari budaya masyarakat Sulawesi Selatan secara umum dan masyarakat Bugis-Makassar pada khususnya yang tidak dapat dipisahkan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi kegenerasi selanjutnya melalui pengajaran dan pemahaman atas tari paduppa. Di dalam tari ini memiliki makna penghormatan kepada raja, tamu raja, dan orang orang yang di hadapkan dengan tarian ini, walaupun demikian dilihat sekarang ini tidak bisa dipungkiri sebahagian masyarakat Bugis-Makassar tidak lagi dapat memahami makna yang ada dibalik megahnya penampilan tari paduppa. Tidak adanya keseriusan pemahaman tentang makna dalam menghayati setiap gerakanya, dan yang terpenting ingin mempelajari tari tersebut.Menurut para informan, tari paduppa pada zaman dahulu hanya bisa dibawakan oleh wanita yang merupakan keturunan bangsawan saja, tetapi dengan berkembangnya waktu tari paduppa hingga saat ini bisa ditarikan oleh siapa saja asalkan dia wanita karena tidak ada penari paduppa itu laki-laki.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun