"Pernah nggak sih, nulis sesuatu dengan niat baik, lalu dapet notif 'ditolak'---padahal isinya simpel, cuma ngomongin toilet sekolah? Eits, tunggu dulu. Seminggu kemudian, topik 'toilet sekolah' malah jadi topik pilihan dan bikin heboh di platform yang sama! Bisa bayangin ekspresi saya? Antara pengen ketawa dan 'kok kayaknya familiar ya idenya?' "
"Apa gara-gara ada kata toilet?"
Itu pertanyaan pertama yang muncul di kepala saya ketika notifikasi dari Kompasiana masuk:
"Tulisan Anda terindikasi melanggar ketentuan dan tidak dapat dipublikasikan."
Lah, gimana ceritanya? Tulisan saya tentang kebersihan toilet sekolah itu niatnya baik, kok. Nggak ada yang aneh-aneh. Malah menurut saya, ini topik yang harus diangkat karena sederhana, tapi penting, lihat tulisannya di sini ya
Tapi ya sudahlah. Saya anggap aja ini misscommunication antara saya dan moderator. Padahal, tulisannya masih tayang, lho. Loh kok bisa? Ini nih yang bikin saya mulai ketawa sendiri: ditolak katanya, tapi nongkrong manis di beranda.
Dan puncaknya terjadi seminggu kemudian...
Kompasiana tiba-tiba mengeluarkan pengumuman: "Yuk, bagikan cerita tentang toilet sekolah!"
Hah? Tunggu, kok kayaknya topiknya familiar ya?
Iya, saudara-saudara, topik yang ditolak itu ternyata jadi inspirasi utama! Saya ngakak sambil geleng-geleng kepala. Ini kayak nonton plot twist di film komedi, tapi versi nyata. Dan mau gimana lagi, ya---saya justru jadi makin senyum-senyum sendiri.
Berkat "Si Toilet" Ini Saya Belajar Satu Hal Penting
Kadang ide sederhana yang kita tulis dengan niat baik itu punya kekuatan besar. Jangan pernah remehkan apa yang kita pikir "sepele" atau "biasa aja". Siapa sangka tulisan saya malah jadi pemantik diskusi besar tentang kebersihan sekolah?
Momen ini juga bikin saya tambah cinta sama Kompasiana. Meskipun sempat bikin drama kecil di kepala saya, ternyata Kompasiana itu luar biasa responsif, kreatif, dan inspiratif. Nggak salah kalau saya jatuh hati dan makin semangat untuk terus menulis. Karena menulis itu ibarat menanam biji. Kita nggak tahu kapan tumbuhnya, tapi percayalah, pasti ada yang akan memetik manfaatnya.
Terima Kasih, Kompasiana!
Lewat momen lucu ini, saya sadar kalau setiap tulisan punya potensi untuk membawa perubahan, sekecil apapun itu. Menulis itu bukan sekadar hobi, tapi juga cara untuk menyentuh hati banyak orang.
Dan ya, akhirnya saya nggak jadi sebel sama notif penolakan itu. Malah saya pengen nulis lagi dan lagi, biar makin banyak cerita yang bisa dibagikan. Siapa tahu, besok saya bikin topik trending lagi---tapi tanpa "ditolak" dulu ya, Kompasiana?
Jadi, buat teman-teman yang masih mikir, "Ah, tulisan saya nggak penting," percayalah: nggak ada tulisan yang sia-sia. Kadang ide kecil kita bisa jadi besar di tangan orang lain. Yuk, terus menulis dan berbagi kebaikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI